Wow.. Katanya, cinta itu buta. Love is blind. Cinta buta itu tidak memandang sesuatu yang menurut anggapan orang lain tidak layak. Biasanya diawali dengan kata : “Koq mau-maunya ya, dia sama orang itu. Orang itu kan bla bla bla….”
Katakanlah, seorang ceweknya berpendidikan Pasca Sarjana. Tetapi dia dengan tulus ikhlas mau menjalin cinta dengan seorang cowok yang hanya berprofesi sebagai seorang driver di sebuah perusahaan. Kemudian bisa ditebak apa yang dibicarakan orang-rang mengenai dirinya.
“Wah, orangnya cantik, berpendidikan formal cukup tinggi. Tapi…. Koq mau ya sama cowok yang hanya driver saja, dan berpendidikan lebih rendah dibandingkan dengan dia…”
Katakanlah cewek ini namanya Nani. Mungkin ia merasakan bahwa teman-teman di sekitarnya menggunjingkan tentang dirinya. Ia pun berkata, “Emang, ada yang salah ya kalo aku berhubungan sama dia? Dia singel, dan aku pun singel. Ga salah kan?” Ujarnya sedikit kesal.
Sang teman kemudian berkata lagi padanya, “Nani Sayang… Emang ga ada yang salah sama hubungan kamu dan dia. Kamu bebas koq pacaran sama siapa pun. Kami hanya menyayangkan. Itu aja. Coba kamu pikir lagi deh. Dia itu sudah hidup satu paket alias cerai dan hidup dengan beberapa anak. Udah gitu….” Kata temannya tak kalah kesalnya. Namun ia tak bisa meneruskan ucapannya, karena Nani buru-buru menyela.
“Stop ya. Aku ga mau denger omongan kamu lagi. Terserah aku dong. Ini hidupku. Ini cintaku. Dan yang ngerasain cuma aku….”
***
Itu baru satu kejadian yang aku ketahui. Sesungguhnya di luar sana, mungkin masih banyak lagi kejadian yang serupa. Aku tak pernah mau mengomentari kehidupan cinta orang lain. Sebab menurutku cinta itu tidaklah buta seperti yang pernah aku dengar, dan bahkan seringkali aku dengar. Jika yang bersangkutan mau memintaku untuk berpendapat, baru aku mau bicara. Itu pun kalau aku bisa. Sejatinya, cinta bekerja pada diri seseorang itu berbeda-beda nuansanya. Dan, justru di sanalah letak “mata” dari sang cinta. Orang lain tidak bisa melihat apa yang Nani lihat pada sosok kekasihnya di balik profesi sebagai seorang driver dan statusnya yang sudah dikatakan satu paket itu. Dan, Nani tidak mempermasalahkan hal itu lagi, sebab ia telah menemukan apa yang lebih dibutuhkannya daripada sekadar profesi dan status kekasihnya.
Cinta itu membebaskan. Cinta itu tidak pernah salah. Cinta itu tempat mengaso. Maka, gunakanlah cinta dengan sebaik-baiknya demi menjaga citra cinta itu sendiri. Untuk para isteri yang suaminya mempunyai hobi terhadap sesuatu,selama hobinya itu positif, maka antarkanlah. Biarkanlah ia mengembangkan energi cintanya untuk hobinya, selain pada sang isteri dan keluarga tentu saja. Jangan pernah mengeluhkan hobi dari suami. Jika dilarang, maka energi yang ada pada kecintaannya tak akan pernah tersalurkan. Biarkan ia memelihara ikan hias, jika ia suka ikan hias dengan memeliharanya, misalnya. Berbahagialah seorang isteri yang suaminya punya hobi yang bisa dilakukannya di rumah. Sebaliknya juga sang suami. Jangan pernah mengomel saat isterinya mempunyai hobi memasak, menjahit, menyulam, dan lain sebagainya. Siapa tahu di balik itu semua tersimpan pundi-pundi bagi keuangan keluarga.
Wow. Tanpa terasa, dimulai dari love is blind akhirnya sampai pada ranah hobi. Sepertinya tidak nyambung ya. Jika tidak nyambung, yuk disambung-sambungin :D
Karena hobi ada kaitannya dengan perselingkuhan. Perselingkuhan ada kaitannya dengan cinta. Jika cinta tidak diarahkan dengan bijak, akhirnya akan terjadi perselingkuhan. Perselingkuhan bisa terjadi jika tidak ada kegiatan di rumah yang menyenangkan baginya. Duh kenapa juga jari-jemariku ini koq membawaku ke sini, menuliskan apa yang terlintas di kepalaku, di depan monitorku. Tak apa ya… :D
Karena cinta itu selalu mengarah kepada hal-hal yang indah, tanpa pandang bulu, maka sekali lagi berdayakanlah cinta untuk cinta itu sendiri. Bukan untuk hal yang menyakitkan. Cinta itu cinta dengan sifatnya yang agung dan megah. Maka, megahkanlah ia dengan segala rasa syukur.
0 komentar:
Posting Komentar