Memimpin itu bukan perkara mudah. Memanage manusia itu tidak semudah mengatur benda mati. Ada banyak hal yang mesti dipertimbangkan dan dilakukan dengan hati-hati sebelum melangkah. Ada banyak pertimbangan yang mesti diperhatikan sebelum membuat sebuah keputusan bulat. Serta dibutuhkan sebuah keberanian untuk mengeksekusi apa yang telah diputuskan. Namun yang terpenting dari semua itu adalah sebuah balance atau keseimbangan antara memanage diri sang pemimpin sendiri dan memanage orang lain.
Ada banyak kesalahan yang dilakukan seorang pemimpin dalam menjaga keseimbangan ini. Tulisan ini akan mencoba memaparkan paling tidak ada 6 kesalahan umum yang biasanya membuat seorang pemimpin tidak bisa mempertahan keseimbangan itu, sehingga akibatnya kepemimpinannya menjadi tidak sehat lagi. Apa saja ke 6 “tanda bahaya” itu ? Mari kita simak baik-baik.
1.Terlalu banyak menggunakan kalimat yang menyanjung diri sendiri sementara sedang menggambarkan sebuah kerja tim.
Banyak hal hebat - kalau tidak boleh dikatakan selalu – merupakan sebuah kerja tim. John C Maxwell bahkan mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai “Hukum signifikansi” yang berbunyi,” Satu adalah jumlah yang terlalu kecil untuk mencapai kebesaran.”
Jadi sebuah prestasi besar selalu merupakan hasil kerja tim, bukan individual. Sebuah karya raksasa selalu merupakan karya bersama bukan perseorangan.
Nah, seorang pemimpin yang terlalu memberi kredit bagi dirinya sendiri dan kurang memberi apresiasi bagi anggota timnya untuk sebuah prestasi besar yang sudah ditorehkan, adalah pertanda ketidaksehatan dalam kepribadiannya.
Pemimpin jenis ini memusatkan semua puja-puji dan apresiasi kepada dirinya sendiri sementara sebenarnya prestasi itu adalah hasil kerja bersama.
2.Ketika seorang pemimpin mengelilingi diri mereka dengan para “YES MAN”
Untuk membangun sebuah tim yang kuat seorang pemimpin memang harus memilih staf atau anggota tim yang sevisi, sejalan dan seirama dengan dirinya. Sebab kalau tidak, akan terjadi banyak perdebatan dan perselisihan, sehingga kerja tim kurang maksimal. John C Maxwell dalam “hukum apel busuknya” sudah mengingatkan bahwa sebiji apel busuk yang berada diantara sepinggan apel “sehat” cepat atau lambat akan membusukkan apel lainnya yang berada di pinggan yang sama.
Itu artinya “inner circle” sang pemimpin seharusnya adalah orang-orang yang positif yang sudah pasti bisa bekerja sama dengan dirinya. Namun demikian harus dikatakan bahwa seorang anggota tim yang positif tidak berarti seorang “Yes Man”! Yes Man adalah penjilat, sedangkan seorang anggota tim yang positif adalah seorang yang konstruktif,suportif tetapi tetap kritis. Artinya bisa saja ia berbeda pendapat dengan sang pemimpin, tetapi di dalam perbedaan itu ia sebenarnya sedang memberi perspektif berbeda ( baca : second opinion) terhadap masalah yang sedang dipecahkan. Dan yang terpenting, seorang anggota tim yang positif tetap menghargai keputusan sang pemimpin sekalipun tidak sesuai dengan pandangannya. Dengan demikian akan terjadi sebuah proses dialektika yang konstruktif demi kemajuan tim!
3.Ketika seorang pemimpin yang dikelilingi oleh orang-orang dengan cara berpikir yang sama persis seperti dirinya.
Ada ungkapan kuno yang selalu abadi kebenarannya, “ide baik berasal dari kumpulan ide buruk.” Jadi seorang pemimpin perlu mengelilingi dirinya dengan orang yang “kritis” tapi loyal. Orang yang mampu melakukan Brain Storming demi mendapatkan ide yang baik untuk dieksekusi menjadi ide bersama.
Dengan mencari orang-orang yang bisa memberi sudut pandang yang berbeda, maka sang pemimpin akan melihat masalah dari perspektif yang sangat luas dan itu pasti berakibat positif atas keputusan yang akan dia buat. Pemimpin jenis ini tidak akan menjadi katak dalam tempurung, tetapi menjadi rajawali penjelajah angkasa raya, yang dengan pandanganya yang tajam dan luas akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang brilian.
4.Ketika seorang pemimpin mencari kambing hitam untuk sebuah kesalahan
“To error is human (berbuat salah itu manusiawi)”, kata orang Inggris. seorang pemimpin sehebat apapun ia pasti pernah berbuat salah. Yang penting adalah bagaimana ia menangani kesalahanya itu. Pemimpin yang tidak sehat akan selalu mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Pemimpin yang demikian biasanya melakukan proyeksi atau mencari kambing hitam atas kesalahan dan kegagalan yang dilakukannya. Secara umum Proyeksi dilakukan dengan tiga cara:
(a). Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan,
(b). Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain,
(c). Menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri.
Sikap seperti ini jelas tidak sehat dan menunjukkan sang pemimpin bukanlah pribadi yang matang.
5.Ketika seorang pemimpin tidak bersedia menjadi seorang “pengikut”
Ada seorang ahli bernama Peter Wagner yang mengatakan bahwa sebelum belajar Leadership, kita harus belajar dulu followership. Artinya sebelum menjadi pemimpin kita perlu bersedia dipimpin oleh orang lain dulu. Kalau pun toh sudah menjadi pemimpin, kita juga harus selalu bersedia dimonitor oleh orang lain yang lebih hebat dan lebih berhasil dibanding diri kita.
Banyak orang gagal menjadi pemimpin yang baik karena ia awalnya tidak bersedia menjadi seorang pengikut yang baik !
Seorang pemimpin yang tidak bersedia dimonitor oleh pemimpin yang lebih tinggi menunjukan ketidakmatangan dan kekerdilan jiwanya yang merasa diri besar padahal sebenarnya tidak!
6.Ketika seorang pemimpin tidak mau mendengar teguran
Ketika seorang pemimpin merasa dirinya perfect dan tidak butuh nasehat atau teguran orang lain atas kesalahan yang mungkin akan diperbuatnya, maka pemimpin yang demikian adalah pemimpin yang tidak sehat.
Pemimpin yang demikian saya sebut sebagai pemimpin yang menderita “ Tuhan Sindrome.” Artinya, ia bukan Tuhan, tetapi bersikap seolah-olah dirinya adalah Tuhan yang maha sempurna dan tidak pernah salah. Sikap ini bukan hanya tidak sehat tetapi juga sangat berbahaya. Sejarah mencatat beberapa pemimpin dunia yang sangat kejam dan keji menderita Sindrome ini
sumber : .kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar