POLITIK KEBANGSAAN
Perlu Mencetak PemimpinBerkarakter Ideologi
JAKARTA (Suara Karya): Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) diminta konsisten melakukan kaderisasi untuk mencetak pemimpin calon pemimpin yang memiliki karakter sebagai modal ideologi nilai-nilai perjuangan bangsa.
Hal ini penting mengingat muncul kembali kelompok-kelompok yang ingin meninggalkan konsensus dan cita-cita nasional bangsa ini, yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.Demikian sambutan Ketua MPR RI Taufiq Kiemas yang dibacakan oleh Wakil Ketua MPR RI Hajrijanto Y. Thohari dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Dialog Kebangsaan Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) di Jakarta, Rabu (12/9).Dikatakannya bahwa eksistensi negara Indonesia yang majemuk dan tetap dalam Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) seperti sekarang ini tidak terlepas dari sumbangsih dan peran Nahdlatul Ulama (NU) dan sayap NU seperti PMII dalam proses sejarah berbangsa dan bernegara. "NU dan PMII tidak bisa dipisahkan dari sejarah suksesi kepemimpinan nasional sejak sebelum merdeka sampai sekarang ini," katanya.Rakernas PB IKA PMII dan dialog nasional tersebut dibuka oleh Ketua Umum PB IKA PMII Arif Mudatsir Mandan bersama Sekjen A. Effendy Choirie dan dihadiri oleh Wakil Ketua Laode Ida, Wakabin Ma'ruf Syamsuddin, dan alumni kelompok Cipayung seperti Ahmad Basyarah, Chozin Chumaidi, Endin AJ Sofihara, A Malik Haramain, Hermawi F taslim, Riad Chalik, M. Arfin Hakim (PBNU), dan lain-lain.Menurut Laode, yang paling menonjol di kalangan NU dan sayap NU adalah mereka sudah menjadi perekat untuk menjaga harmonisasi bangsa ini dengan hidup berdampingan dan damai dengan yang lain. "Itulah nilai-nilai kebangsaan yang diterapkan NU dan PMII," ujarnya.Tapi, bagaimana kehidupan berbangsa saat ini, kata Laode menyontohkan, meski Gubernur DKI Jaya Fauzi Bowo pernah menjadi Ketua PW NU Jakarta, namun perilaku politiknya menyimpang dari prinsip-prinsip perjuangan NU dan telah mencederai nilai kebangsaan dan demokrasi ini ketika harus berebut kekuasaan kembali dalam kampanyenya yang sarat dengan muatan SARA.Lebih parah lagi semua proses politik untuk menduduki hampir semua jabatan dan kekuasaan saat ini dengan politik uang dari Pilpres, Pilkada, struktur birokrasi dan lain-lainnya. Sementara pemimpin negeri ini hanya mengutamakan pencitraan, dan itu berarti kehadirannya bukan untuk rakyat, melainkan untuk dirinya sendiri. "Semoga PMII menjadi pendobrak kepemimpinan yang bersih, bermoral, tegas, berani dan bertanggung jawab," harapnya.Arif Mudatsir menjelaskan jika PMII ini anak kandung NU, juga alumninya yang dari waktu ke waktu, masa ke masa terus mengabdi untuk bangsa dan negara ini. Namun demikian dia menyayangkan kondisi bangsa ini yang ternyata dalam ancaman desintegrasi, yang disertai korupsi di mana-mana, pembiaran konflik SARA, dan negara seolah tidak hadir. Itu makin mempertegas bahwa cita-cita bangsa ini belum terwujud. Oleh sebab itu melalui Rakernas dan dialog nasional PB IKA PMII ini diharapkan mampu memberikan sumbangsihnya pada negara untuk merumuskan kriteria kempimpinan nasional menjelang pemilu 2014 mendatang. (Rully) |
0 komentar:
Posting Komentar