Kandidat Terjebak Isu SARA, Parpol Pendukung Hanya Pecundang
Jakarta - Hiruk-pikuk menjelang pemilukada DKI Jakarta putaran kedua yang akan diselenggarakan pada 20 September mendatang kian memanas. SARA masih saja menjadi isu paling seksi yang digelindingkan kemudian dipertentangkan oleh masing-masing kandidat. Pada sisi yang lain, partai politik yang berkoalisi dan berkomitmen untuk mendukung dan memenangkan pasangan tertentu samasekali tidak terlihat gerakannya.
Seiring dengan maraknya isu SARA yang terus bergulir, seperti yang belakangan terjadi dan ramai diperbincangkan, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) pada acara lebaran Betawi, Senin (10/09/2012) mengatakan, bagi masyarakat Betawi yang tidak mencoblos mereka (Foke-Nara) maka KTP-nya akan dicabut dan silahkan keluar dari Betawi. Pernyataan bernada ancaman tersebut ditanggapi oleh Budayawan Betawi, Ridwan Saidi dengan mengatakan bahwa ucapan itu sebagai ucapan orang yang frustasi (Tribun, Selasa, 11/09/2012)
Sementara itu, partai politik pendukung pasangan yang diharapkan ikut aktif terlibat dalam proses pemilukada DKI Jakarta hingga menjadi fair, demokratis dan bermartabat, tidak menunjukkan adanya iktikad ke arah itu. Partai politik pendukung cenderung melakukan pembiaran dan terkesan hanya menunggu diujung permainan (bancakan pilkada).
Berkaitan dengan partai politik pendukung pasangan yang dinilai pasif tersebut, ada dugaan bahwa koalisi partai politik tersebut ikut 'menggoreng' isu SARA sehingga perhatian setiap orang hanya akan tertuju pada pertarungan antar sosok kandidat tanpa menyinggung partai politik yang hingga saat ini tidak memiliki program aksi apapun untuk memenangkan pasangan yang didukung kecuali membenturkan kedua pasangan kandidat.
Sehubungan dengan partai politik yang keterlibatan dan tanggungjawabnya luput dari perhatian dan terkesan elitis itu, Indonesia Media Monitoring Center (IMMC) dalam hasil risetnya menunjukkan bahwa partai politik hanya berhenti pada penguatan komitmen, konsolidasi dan kontrak politik yang sama sekali tidak akan berdayaguna secara efektif dan efisien tanpa dilajuti dengan program aksi.
Hasil riset IMMC terkait dengan dukungan partai Golkar dan PKS kepada pasangan Foke-Nara menunjukkan. Komitmen politik partai Golkar 37%, konsolidasi 20% dan program aksi hanya 3%. Sementara itu kontrak politik PKS 30%, komitmen politik 21% dan program aksi hanya 1,8%. Problem yang sama juga dialami oleh pasangan Jokowi-Ahok, PDIP dan Gerindra belum diturunkan secara efektif dalam bentuk program aksi.
Dalam rilisnya, Direktur riset IMMC, Muhammad Farid menyampaikan, efektifitas mesin politik partai banyak dipertanyakan,"Hasil riset ini menunjukkan bahwa partai politik merasa tanggungjawab politiknya sudah selesai padahal ini baru step awal yang masih harus dilanjutkan dengan program aksi secara intensif, integrated dan loyalitas,"papar Farid. (ep)
Seiring dengan maraknya isu SARA yang terus bergulir, seperti yang belakangan terjadi dan ramai diperbincangkan, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) pada acara lebaran Betawi, Senin (10/09/2012) mengatakan, bagi masyarakat Betawi yang tidak mencoblos mereka (Foke-Nara) maka KTP-nya akan dicabut dan silahkan keluar dari Betawi. Pernyataan bernada ancaman tersebut ditanggapi oleh Budayawan Betawi, Ridwan Saidi dengan mengatakan bahwa ucapan itu sebagai ucapan orang yang frustasi (Tribun, Selasa, 11/09/2012)
Sementara itu, partai politik pendukung pasangan yang diharapkan ikut aktif terlibat dalam proses pemilukada DKI Jakarta hingga menjadi fair, demokratis dan bermartabat, tidak menunjukkan adanya iktikad ke arah itu. Partai politik pendukung cenderung melakukan pembiaran dan terkesan hanya menunggu diujung permainan (bancakan pilkada).
Berkaitan dengan partai politik pendukung pasangan yang dinilai pasif tersebut, ada dugaan bahwa koalisi partai politik tersebut ikut 'menggoreng' isu SARA sehingga perhatian setiap orang hanya akan tertuju pada pertarungan antar sosok kandidat tanpa menyinggung partai politik yang hingga saat ini tidak memiliki program aksi apapun untuk memenangkan pasangan yang didukung kecuali membenturkan kedua pasangan kandidat.
Sehubungan dengan partai politik yang keterlibatan dan tanggungjawabnya luput dari perhatian dan terkesan elitis itu, Indonesia Media Monitoring Center (IMMC) dalam hasil risetnya menunjukkan bahwa partai politik hanya berhenti pada penguatan komitmen, konsolidasi dan kontrak politik yang sama sekali tidak akan berdayaguna secara efektif dan efisien tanpa dilajuti dengan program aksi.
Hasil riset IMMC terkait dengan dukungan partai Golkar dan PKS kepada pasangan Foke-Nara menunjukkan. Komitmen politik partai Golkar 37%, konsolidasi 20% dan program aksi hanya 3%. Sementara itu kontrak politik PKS 30%, komitmen politik 21% dan program aksi hanya 1,8%. Problem yang sama juga dialami oleh pasangan Jokowi-Ahok, PDIP dan Gerindra belum diturunkan secara efektif dalam bentuk program aksi.
Dalam rilisnya, Direktur riset IMMC, Muhammad Farid menyampaikan, efektifitas mesin politik partai banyak dipertanyakan,"Hasil riset ini menunjukkan bahwa partai politik merasa tanggungjawab politiknya sudah selesai padahal ini baru step awal yang masih harus dilanjutkan dengan program aksi secara intensif, integrated dan loyalitas,"papar Farid. (ep)
0 komentar:
Posting Komentar