Achmad Tijani
Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
Walaupun banyak orang bilang uang itu bukanlah segalanya dalam hidup ini, tetapi kenyataannya, segalanya harus melalui media uang untuk mendapatkannya. Untuk hanya sekadar mengisi perut saja keberadaan uang menjadi hal yang sangat vital, apalagi untuk kepentingan-kepentingan besar dan kompleks. Keberadaan uang sebagai alat penukar dari kebutuhan dan keinginan yang dimiliki oleh manusia tidak bisa dijauhkan dari nalar kamus ketergantungan manusia terhadap uang tersebut. Uang adalah nafas dari kehidupan ini, tanpa uang rasa-rasanya hidup ini akan terhenti, bahkan bisa saja berujung pada kemusnahan dan kematian.
Berkali-kali nalar ini dihadapkan pada argumentasi idealis yang seakan-akan argumentasi tersebut mengajak lari umat manusia dari ketergantungannya pada uang. Tetapi, berkali-kali juga manusia bersama nalarnya memilih langkah praktis dalam hidupnya dengan tetap memilih uang untuk menggapai segalanya. Berbagai macam pendekatan argumentasi idealis itu menggelar jalannya agar manusia mau berjalan di atasnya, tetapi realita kebutuhan hidup tidak bisa diasingkan untuk jauh dari ketergantungan terhadap uang. Argumentasi atas nama agamapun belum mampu menjauhkan ketergantungan manusia terhadap uang. Berbagai contoh dan kisah, bahkan harapan dan pahala tak cukup untuk menggantikan status uang sebagai tempat bergantung umat manusia. Jika mau dituturkan dengan sedikit vulgar, uang adalah Tuhan alternatif setelah Tuhan Sang Pencipta itu sendiri.
Jarang sekali di dunia ini ada kejujuran yang mau diutarakan dengan ikhlas, banyak orang berkata bahwa Tuhan sebagai tempat bergantung, tetapi dalam kehidupan yang sebenarnya keluh dan kesah menjadi doa dan erangan yang selalu tersampaikan kepada Tuhan. Begitu juga dengan argumentasi lain manusia yang mengaku tidak menjadikan uang sebagai tempat bergantung, tetapi pada kenyataannya manusia adalah makhluk yang paling lahap jika disuguhi yang namanya uang. Jika mau diakui, Tuhan dalam kehidupan manusia tidak terlalu banyak dibutuhkan bila dibandingkan dengan kadar kergantungan manusia pada uang. Maka hal yang paling disembunyikan dalam kejujuran adalah, ketergantungan terhadap uang.
Sejumlah contoh kejujuran yang disembunyikan sangat banyak dalam kehidupan nyata. Di dalam dunia pendidikan misalnya, seorang pemuda ataupun pemudi rela jauh dari kampung halamannya dengan maksud menuntut ilmu di sebuah universitas, tetapi di balik niat luhur tersebut manusia selalu mengharap balasan berupa uang. Contoh ini semakin menguatkan bahwa tidak ada satu orangpun yang harus mungkir dari ketergantungan ini, sekalipun langkah apologi itu tidak berbilang ragamnya, tetapi uang tetaplah menjadi rebutan sepanjang zaman.
Walau sangat mustahil manusia menghindar dari ketergantungan terhadap uang, tetapi juga tidak sedikit manusia yang mengaku sebagai orang bijak yang mencibir usaha seseorang untuk mendapatkan uang. Korupsi sebagai salah satu cara yang termudah untuk mendapatkan uang banyak dicibir dan dikutuk oleh kebanyakan orang sebagai cara yang haram. Tetapi di sisi yang lain, fenomena korupsi tidak hanya sebagai cara untuk mendapatkan uang, bahkan sudah menjadi sebuah budaya, sehingga fenomena korupsi turun temurn menjadi warisan tak tergantikan bagi anak negeri ini. Semua itu terjadi oleh karena manusia sangat mempunyai ketergantungan yang besar terhadap uang, sehingga cara apapun bakal ditempuh untuk mendapatkan uang tersebut.
Lalu apa yang perlu disalahkan dalam hidup ini? Apakah korupsi itu salah? Tetapi kenapa korupsi itu menjadi hobi dan budaya?. Apa ada prinsip ikhlas di balik kata ikhlas itu sendiri?. Lalu adakah sesuatu yang jauh lebih penting dari sekadar uang?. Betulkah selama ini Tuhan yang disembah oleh manusia ataukah uang yang menjadi sesembahan?. “Ah..persetan dengan idealisme, Tuhan Izinkan aku korupsi ya….”.
Berkali-kali nalar ini dihadapkan pada argumentasi idealis yang seakan-akan argumentasi tersebut mengajak lari umat manusia dari ketergantungannya pada uang. Tetapi,
BalasHapustogel sgp