Rullysyah
2 Jam yang lalu tanpa sengaja saya menyalakan TV yang sedang menayang ulang debat cagub DKI di Metro TV. Sayangnya cuman 15 menit menonton dan yang sedang ditayangkan adalah Foke yang sedang memaparkan visi misinya. Baru kali ini saya menonton Foke berbicara. Dan terus terang saya cukup terkesan dengan cara beliau menjelaskan semua program-program kerja yang dicanangkannya untuk Jakarta.
Ada perihal banjir yang juga berkaitan dengan banjir Rob, dan ada juga tentang pembahasan Pelabuhan Tanjung Priuk yang sudah berumur satu setengah abad dengan segala kekurangannya. Dari beberapa paparannya memang terlihat Foke menguasai konteks permasalahan Jakarta. Bahwa beliau seorang lulusan S2 tata kota dari Jerman memang terlihat dari caranya berbicara.
Sayangnya kenapa baru pada injury time (pada saat-saat terakhir Pilgub ini) Foke baru menjelaskan program-programnya selama ini. Sudah sangat terlambat buat Foke memberikan kesan kepada penduduk Jakarta tentang apa-apa yang selama ini diprogramkan untuk Jakarta.
Angin Perubahan sudah melanda Jakarta sampai ke pelosok-pelosoknya. Bola salju yang berisi Jokowi sudah menggelinding dan semakin membesar dan sangat sulit dibendung. Jokowi sebenarnya bukan Dewa. Jokowi hanya seorang Walikota yang dipandang bersih, dipandang berprestasi dan dipandang peduli pada rakyatnya. Itu saja kelebihan Jokowi. Dan bila Jokowi memang benar-benar menang dari Foke sebabnya adalah kelemahan-kelemahan dari Foke sendiri.
Dan kelemahan itu antara lain :
- Komunikasi. Komunikasi seorang Fauzi Bowo sebagai pemimpin dengan kapasitas Gubernur DKI adalah Sangat Lemah. Terlalu sering apa yang disampaikan Foke maupun statement-statementnya merugikan dirinya sendiri karena cenderung asal ceplos dan sering melukai hati rakyat. Contoh pertama beberapa tahun yang lalu ketika baru menjadi Gubernur, Foke pernah menyalahkan para pengguna motor di DKI dengan menuding mereka sebagai penyebab macet Jakarta. Kemudian ada statementnya bahwa yang terjadi Banjir dibeberapa tempat adalah bukan banjir melainkan Genangan Air. Belum lagi foto Galau Foke dengan seorang ABG dengan menunjukan jari tengah tegak dan lain-lainnya. Mungkin semua itu kenyataan sebenarnya tidak seperti yang dipikirkan masyarakat, tetapi akhirnya menjadi salah penafsiran. Beberapa tahun terakhir kekecewaan masayrakat DKI terakumulasi. Dan disinilah kelemahan Foke dalam berkomunikasi menjadi biang penyebabnya.
- Skala Prioritas Program Kerja Vs Kebutuhan Masyarakat. Mungkin tidak ada yang membantah bahwa Foke seorang yang sudah menempuh pendidikan formalnya sebagai seorang Ahli Tata Kota. Foke seorang yang Smart. Dan mungkin semua program-programnya adalah membuat Jakarta menjadi salah-satu kota metropolitan terbesar di dunia. Tapi sayangnya masyarakat DKI tidak membutuhkan program-program Mercu Suar seperti itu. Masyarakat DKI lebih butuh yang lain yaitu : Jakarta Tidak Macet, Jakarta Tidak Banjir dan Jakarta Aman. Sebagian masyarakat masa bodoh apakah Jakarta mau terkenal atau tidak yang penting Jakarta adalah kota yang nyaman buat penduduknya. Disinilah mungkin skala prioritas seorang Fauzi Bowo tidak sinkron dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya. Dan inilah menjadi penyebab mengapa Fauzi Bowo dianggap tidak berprestasi.
- Masalah Empati. Lihatlah pembangunan Jakarta dari sudut niaga dimana Mall-mall megah banyak berdiri dan tumbuh bak jamur dimusim hujan. Lihatlah tanah-tanah lapang yang semakin berkurang akibat semakin banyaknya berdiri gedung-gedung menjulang. Tanah semakin hari semakin mahal. Buka Warung semakin hari semakin sulit. Di mata masyarakat ini semua gara-gara banyaknya Mall-mall yang berdiri, banyaknya kaum kapitalis yang masuk dan melenggang di Jakarta. Tidak ada sama sekali niat maupun tindakan dari pemimpin DKI menahan laju dari raksasa-raksasa ekonomi luar negeri untuk menguasai Jakarta. Fauzi Bowo selaku pemimpin Jakarta dinilai tidak memiliki empati terhadap masyarakat kalangan bawah. Apapun alasannya untuk membangun Jakarta tetapi akhirnya yang terjadi penduduk Jakarta malah yang tersingkirkan. Dan semua itu menjadi bukti bahwa Foke bukanlah pemimpin yang baik. Rasa berbeda timbul di hati masyarakat. Foke dianggap hanya ingin berkuasa dan memperkaya diri. Foke dianggap arogan dan member jarak kepada masyarakat. Ini berbeda dengan Jokowi yang dibesarkan Media dan akhirnya dinilai bahwa Jokowi berhasil menanamkan ekonomi kerakyatan. Jokowi dianggap dekat dengan masyarakat kecil. Jadi jangan sekali-sekali salahkan masyarakat meskipun Jokowi bukan siapa-siapa buat Jakarta tetapi Jokowi akhirnya menjadi pemimpin yang diinginkan oleh Jakarta.
- Dan berikutnya keempat, kelima dan seterusnya tentu masih ada lagi. Tentu lembaga Thinktank dari Foke pasti bisa menganalisanya. Dan menurut saya mungkin yang keempat adalah kesalahan dari Foke sendiri yang harus meminta dukungan dari seluruh parpol-parpol yang ada untuk memenangkan Pilgub 2012 ini. Foke mungkin tidak menyadari bahwa masyarakat sekarang sudah tidak percaya pada partai-partai yang ada. Dan untuk hal ini Jokowi sangat diuntungkan dengan kondisi tersebut. Dianggap Jokowi dikeroyok oleh partai-partai besar, dianggap Jokowi sedang di Dzalimi para penguasa. Dan jangan salahkan masyarakat kalau pada akhirnya kebanyakan dari mereka anti terhadap Foke.
Tidak maksud apa-apa dari tulisan ini, siapa tahu jika yang menang Fauzi Bowo, ia bisa segera mengintropeksi dirinya dan memenuhi apa yang didambakan warga DKI.
Komunikasi seorang Fauzi Bowo sebagai pemimpin dengan kapasitas Gubernur DKI adalah Sangat Lemah. Terlalu sering apa yang disampaikan Foke maupun statement-statementnya merugikan dirinya sendiri karena cenderung
BalasHapustogel online