Berdasarkan teorinya, program humor ‘Charlie Caplin’ merupakan jenis tayanganAction Commedy, yakni tayangan yang mengedepankan unsur aksi demi menghasilkan kesan lucu, kocak, atau menggelitik menikmatnya. Adegan-adegan pada program jenis Action Commedy ini kebayakan merupakan humor slapstick atau humor yang menjungkirbalikkkan kenyataan sehingga menjadi sesuatu yang absurd walau pada kenyataannya sangat disukai.
Ciri khas dari humor slapstick adalah tampilannya yang biasanya dalam bentuk parodi serta karakter tokoh utama yang selalu mengundang tawa dengan adegan mustahil ataupun cara-cara yang tak biasa.
Meskipun tidak lahir di eranya, ‘Charli Caplin’ menurut saya pantas disebut sebagai program humor fenomenal, salah satu program humor yang disebut unggulan atau paling berprestasi di masanya. Padahal, kemajuan teknologi yang kala itu masih terlalu minim jika dibandingkan dengan massa sekarang. Namun ‘Charli Caplin’ mampu tampil maksimal dengan gaya humor khasnya.
‘Charli Caplin’ hadir dengan satu sentral tokoh yaitu Charli. Menariknya, lokasi yang terbatas dan pemain yang dapat dihitung dengan jari justru membuat Charli makin ‘gila’ mengeksplor kekonyolannya. Ia bertingkah dari masalah biasa yang dihiperbola menjadi masalah besar, kejadian biasa dan menyenangkan dihiperbolakan menjadi kejadian aneh dan tampak sangat menyusahkannya. Dan tingkah-tingkah inilah yang justru mengudang tawa para penyuka ‘Charli Caplin’.
Jika saya coba bandingkan dengan program humor yang berkembang di Indonesia, ‘Charli Caplin’ tentu menjadi suguhan yang sangat berbeda. Indonesia, khususnya sejak periode Srimulat hingga periode Sitkom saat ini, hampir tidak akrab dengan program humor jenis slapstick. Program humor jenis slapstick yang lumayan populer di Indonesia adalah program action commedy ‘Mr Bean’ yang juga merupakan impor program luar.
Hal ini kemungkinan karena kedinamisan perkembangan genre program humor yang terus berputar. Juga karena teknologi pertelevisian yang membuat para cineas humor mampu bergerak dan berkreasi makin bebas. Tidak seperti dulu, untuk menyiasati teknologi vokal atau pengambilan suara pada televisi yang minim, ‘Charli Caplin’ dirancang hampir tanpa dialog. ‘Charli Caplin’ hanya mengandalkan kemampuan fisik atau pantomim dari tokoh Charli dan beberapa tokoh pendukungnya yang sesekali muncul.
Program humor di televisi Indonesia, belakangan justru lebih mengeksplor dialog dan adegan-adegan kocak dan menarik yang berfokus lebih dari satu tokoh. Program humor Indonesia cenderung lebih realistis dan seringkali menyindir atau bahkan menyelipkan unsur humorseks. Namun ‘Charli Caplin’ lebih halus dan dinilai ‘beretika’ dengan ‘lawakan’ yang hanya pada ia dan dirinya sendiri, ia dan kejadian sehari-harinya sendiri. Tanpa unsur ejekan, tanpa mengadopsi adegan atau kisah lain menjadi bentuk humor, dan tanpa unsur humorseks sekalipun.
Menariknya lagi, menurut saya, tokoh Charli adalah tokoh yang hebat. Hanya dengan mengandalkan gesture dan ekspresi yang minim kata, Charli mampu tidak terlihat statis dan membawakan cerita dengan mengalir bahkan juga memberikan adegan surprise beruntun. Tayangan humor kuno ini dapat terlihat unik dan klasik jika dinikmati di massa sekarang dimana tampilan tanyangan-tayangan humornya sangat jauh berbeda.
Namun, ‘Charli Caplin’ tetaplah ‘Charli Caplin’ bisa jadi disebut too old, karena gerakan patah-patahnya yang ‘terkadang terlihat sangat kaku dan tampak sekali ’stok tempoe doeloe’. Jika sineas humor masa kini ingin mengadopsi program fenomenal ini, menghilangkan gesture patah-patah Charli mungkin bisa menjadi pilihan tepat
pharmacology is a treatment of herpes simplex virus infections of the skin and mucous membranes including initial and recurrent genital herpes
BalasHapusbandar Togel sgp yang paling aman