Saya terharu ketika melihat hasil “Quick Count” menunjukkan kemenangan bagi pihak Jokowi-Basuki. Apalagi ketika menyaksikan Jokowi tiba di lokasi Posko Kemenangan kubu mereka di Jl Borobudur yang disambut dengan luapan kegembiraan dari para pendukungnya. Sungguh itu adalah adegan yang melegakan hati, sekaligus sebagai bukti bahwa ketulusan dan kesederhanaan akan mengalahkan kekuatan apapun.
Saya terus terang bangga dengan dua ‘anak kampung’ itu. Meski hanya berbekal pengalaman dari kampung, mereka bisa menaklukkan Jakarta, kota terbesar yang ada di negeri ini. Saya sama sekali bukan bermaksud ingin merendahkan mereka, tapi yang tertanam dibenak saya adalah semangat dan ketulusan mereka untuk datang jauh jauh dari kampung untuk membenahi segala persoalan di ibukota.Teringat kembali ketika sebagian orang memandang sebelah mata kapasitas mereka bila terpilih nanti. Apakah bisa ‘jago kampung’ mengatasi segala macam persoalan yang kompleks di Jakarta ini ? Belum lagi mereka diterpa sentimen agama, ethnis dan kedaerahan, seakan menambah tingginya ‘ombak’ yang menghalangi niat mereka untuk tampil sebagai pemenang. Tapi, mereka punya prinsip “Sekali Layar Terkembang, Pantang Surut Ke Belakang”.
Pada awalnya, wajar saja bila orang orang Jakarta banyak meragukan mereka. Jokowi adalah ‘cah ndeso’ asal Solo dan Basuki dari kampung Bangka Belitung. Hanya sekedar berpengalaman jadi walikota Solo dan Bupati Babel, mana mungkin bisa jadi Gubernur di kota metropolitan ini ? Solo dan Bangka Belitung, bila ditimbang kadar permasalahannya, tentulah tidak sebanding dengan yang ada di Jakarta.
Tapi kenyataan berbicara lain. Untuk menjadi Gubernur DKI bukan sekedar diukur dari pengalamannya mengelola tata kelola Pemerintahan. Bila di adu dengan pengalaman pasangan Foke - Nara, tentulah ibarat bumi dengan langit. Foke sudah malang melintang dalam berkarir di pemerintahan DKI selama lebih 35 Tahun sebagai PNS, belum lagi didukung oleh Nara, yang juga seorang Jendral TNI yang tentu telah banyak ‘makan asam garam’ khususnya di dunia militer dan intelijen. Dari segi intelektualitas pun Foke - Nara juga lebih unggul.
Hal ini nampak ketika kedua pasangan Cagub itu berada ditengah ‘ring’ adu debat yang ditayangkan oleh TV swasta beberapa waktu lalu. Foke - Nara tampil dengan sangat meyakinkan dan terlihat memahami secara detail segala permasalahan teknis di Jakarta. Maklumlah karena Foke adalah pejabat incumbent, minimal selama 5 tahun menjadi Wagub semasa Gubernur Sutiyoso, dan sebagai Gubernur DKI pada periode berikutnya. Sedangkan Jokowi-Basuki, berbekal pengalaman mengelola kota di daerah, terlihat berupaya keras untuk menandingi ‘keganasan’ si ‘juara bertahan’ itu. Namun yang terlihat jelas dari penampilan Jokowi dan Basuki adalah dua orang yang punya komitmen dan dedikasi tinggi untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat kecil. Dan nampaknya hal inilah yang membuat keduanya menjadi tumpuan harapan bagi warga Jakarta.
Yang semula ragu menjadi yakin, yang semula hanya memandang sebelah mata, kini menjadi terbuka kedua mata dan hatinya. Ternyata memang Jokowi dan Basuki adalah figur yang mereka cari cari selama ini.
Jakarta menginginkan perubahan, Jakarta butuh pemimpin yang pro rakyat kecil (wong cilik), Jakarta harus dipimpin oleh orang orang yang punya karakter teruji, jujur dan adil. Dan semuanya akan segera menjadi kenyataan. Jakarta akan tampil dengan wajah baru.
Dan akhirnya, dua ‘anak kampung’ itu yang menang !
Selamat kepada Jokowi-Basuki sebagai pemimpin Jakarta Baru. Selamat bekerja, seluruh warga sudah tak sabar menunggumu ..
Salam.
NB: Terimakasih kepada seluruh warga Solo, telah mengikhlaskan walikotanya untuk memimpin Jakarta Baru.
sebagai pemenang. Tapi, mereka punya prinsip “Sekali Layar Terkembang, Pantang Surut Ke Belakang”.
BalasHapusbandar Togel online terpercaya di indonesia