Jujur saja, 70% pemilih tergolong orang-orang yang awam politik. Walaupun mereka berpendidikan sarjana, tidak merupakan jaminan mereka mampu memilih dengan benar. Mereka memilih hanya berdasarkan ilmu kira-kira saja. hanya berdasarkan feeling yang belum tentu benar.
Beberapa penyebab salah memilih
1-Asal memilih
2-Takut fatwa haram golput yang dikeluarkan MUI
3-Ingin dianggap sebagai warganegara yang baik
4-Punya anggapan kalau golput 100% maka tak akan punya pemimpin dan wakil rakyat .Catatan: padahal,tidak ada negara yang angka golputnya 100%
5-Filsafat yang salah, yaitu lebih baik ada pemimpin dan wakil rakyat daripada tak ada pemimpin dan tak ada wakil rakyat
6-Terpengaruh nasehat yang mengatakan “pilih yang terbaik dari semua yang terburuk” Catatan: kalau semuanya bajingan, maka memilih banjingan terbaik?
7-Terpengaruh hasil lembaga survei
8-Terpengaruh iklan politik
9-Terpengaruh penampilan sang calon pemimpin dan calon wakil rakyat
10-Karena faktor kharisma
11-Karena calon pemimpin dan calon wakil rakyat orang terkenal atau populer
12-Tidak enak sama orang lain (keluarga,tetangga,teman sekantor,dll) kalau tidak memilih
13-Memilih karena terpengaruh orang lain
14-Memilih karena disuruh Pak RT/RW/Lurah/Kades/dll
15-Karena diberi uang
16.Memilih calon pemimpin dan calon wakil rakyat karena berasal dari partai politik favoritnya
17-Dll
Nah, cukup banyak masyarakat kita yang cara memilihnya salah. Hal ini karena minimnya pengetahuan mereka tentang kualitas para calon pemimpin dan calon wakil rakyat.
Cara menilai calon pemimpin dan wakil rakyat yang benar
1.Lihat masa lalunya.
Pernahkah terlibat kasus pidana perdata? Apakah untuk menjadi pemimpin dan wakil rakyat dia melakukan money politik? Pernahkah dia pindah-pindah parpol? Pernahkah dia terlibat skandal ataupun pengkhianatan? Apakah masa lalunya bebar-benar bersih? Pernahkah Anda membaca biografinya? Kalau tidak tahu, lebih baik jangan memilih dia.
2.Lihat janji-janjinya
Apakah janjinya lebih dari lima buah janji? Apakah janjinya kurang/tidak realistis? Apakah dia berjanji sungguh-sungguh? Apakah dia tak menjabarkan bagaimana caranya merealisasikan janji-janjinya? Jika jawabannya “ya”, sebaiknya jangan pilih dia.
3.Kenal atau tidak?
Apakah Anda benar-benar mengenalnya? Apakah Anda mengenal wataknya? Apakah Anda tahu ucapannya konsisten atau tidak? Apakah Anda tahu kehidupan keluarganya? Kalau tidak, tidak usah memilih dia.
4.Pendidikan dan prestasinya apa?
Apa pendidikannya? SD,SMP,SMA,S1,S2,S3? Dari perguruan tinggi negeri atau swasta? Kalau dari PTS, PTS terkenal atau PTS gurem? Kalau pendidikannya tidak Anda ketahui atau di lulusan dari PTS yang tidak terkenal, lebih baik jangan memilih dia.
5.Apakah perilakunya “sama” dengan Nabi Muhammad SAW?
a.Sidiq. Berlaku benar. Benar dalam keyakinnya. Benar dalam kata-katanya. Benar dalam tindakannya. Satu kata dan perbuatan. Benar dalam ibadahnya. Benar dalam kebijaksananya. Benar dalam keberpihakannya pada kebaikan.
b.Amanah. Dapat dipercaya. Tidak berkhianat. Menjalankan amanat rakyatnya. Tidak menyia-nyiakan tanggung jawabnya. Tidak menyalah gunakan wewenangnya. Tidak menggunakan jabatannya untuk kepentingan sempit.
c.Fathonah. Cerdas. Baik cerdas secara spiritual, cerdas intelektual, cerdas emosional atau cerdas secara sosial. Problem bangsa ini begitu sangat pelik dan rumit, terlebih dengan adanya krisis ekonomi global sekarang ini. Dibutuhkan pemimpin yang cerdas dan arif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
d.Tabligh. Menyampaikan atau aspiratif. Tidak ada yang disembunyikan untuk rakyatnya. Menginginkan kebaikan dan kemajuan bagi bangsanya.
Sekitar 70% pemilih masih tergolong bodoh
Jujur saja saya katakan, 70% pemilih saya nilai masih tergolong bodoh. Mereka memilih tidak didukung penalaran-penalaran yang kuat. Tidak didukung fakta-fakta yang kuat. Mereka memilih secara tidak rasional alias spekulatif saja. Mereka memilih hanya berdasarkan “ilmu kira-kira”. Mereka memilih hanya karena ingin disebut sebagai “warganegara yang baik”
Nah, akibat salah pilih, maka lahirlah pemimpin-pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang korup. Ini akibat daripada kebodohan para pemilih sendiri.
Saran
1.Jangan mengulangi kesalahan yang sama
2.Pilihlah calon pemimpindan wakil rakyat yang benar-benar berkualitas
3.Jika tidak ada yang berkualitas, biarlah orang lain yang memilih.
4.Memilih adalah “hak”, bukan “kewajiban”.
Berbagai Sumber : http://abumuthi.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar