Tadi siang saya tertarik dengan tulisan Bp. Kahfi Kurnia tokoh kontroversial yang mengasuh kolom intrik di majalah mingguan Gatra dan radio Trijaya FM yang berjudul “Saya butuh orang bodoh”. Tulisan ini nangkring di kolom TERAKTUAL dari siang hingga tengah malam. Inti dari tulisan beliau yang saya tangkap adalah orang bodoh tidak selamanya bisa disepelekan atau direndahkan terkadang mereka malah lebih tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan. Saya juga setuju dengan tulisan ini bahwa banyak orang pintar dinegara ini yang keblinger sehingga banyak yang berakhir di penjara.
Mengenai masalah kenaikan BBM tulisan ini juga menyebutkan orang-orang pintar ini pandai sekali merangkai kata-kata dan kalimat sehingga bisa menunda kenaikan BBM. Semuanya demi kompromi politik. Hanya orang-orang pintar yang bisa membuat situasi gamang dan tidak jelas, begitu kata tulisan ini.
Dengan beberapa ilustrasi dan contoh pak Kahfi Kurnia menyodorkan pilihan, Republik ini dan Negara ini barangkali sudah saatnya juga butuh Strategi Bodoh. Sebuah sikap penyederhanan yang memangkas semua kerumitan, dan mengembalikan para pemimpin kita pada satu sikap sederhana, jujur membela kepentingan rakyat. Tanpa debat. Tanpa adu pinter. Saatnya hadir seorang pemimpin yang kritis mau menyelamatkan kita semua. Kalau perlu bodoh, marilah kita bodoh bersama.
Suatu alternatif pilihan yang layak kita pertimbangkan dari seorang Kahfi Kurnia yang kontroversial itu. Salut saya dengan pak Kahfi.
Jika anda diminta memberikan satu kata untuk orang-orang seperti apa yang dibutuhkan republik ini, apa kira-kira jawaban anda. Mungkin ada yang menjawab bodoh, pintar, berani, tegas, baik, punya hati, jujur, sederhana, peduli dsb.
Tapi saya rasa saat ini kita butuh orang BIJAK [tapi jangan yang palsu]. Karena orang bijak tahu bagaimana ia harus menghadapi rakyat yang sedang marah, tahu kapan ia harus tegas kapan sesekali plin-plan, kapan harus berani kapan harus diam, kapan harus berbicara kapan hanya mendengarkan saja. Dan orang bijak itu tidak bodoh ia pintar tapi tidak menggunakan kepintarannya untuk menipu orang lain apalagi negara karena ia punya hati. Orang bijak hidupnya sederhana dan peduli terhadap orang lain serta jujur pastinya.
Orang bijak sejatinya adalah orang pintar yang bertumbuh. Setelah awalnya kita bodoh [belum mengetahui banyak hal] kemudian kita bertumbuh menjadi orang pintar setelah menjadi pintar dan tahu banyak hal seharusnya tingkatan kita naik menjadi orang bijak. Kita tidak boleh bodoh [kalau sesekali sih, it’s ok], kehidupan menghendaki kita untuk pintar dan berilmu. Agar ilmu itu bisa kita manfaatkan untuk kelangsungan hidup dan memberi manfaat pada orang lain.
Dan dengan ilmu-ilmu tersebut seharusnya membuat kita bertumbuh keatas dan menjadi bijak. Bukan bertumbuh kebawah seperti para pejabat dan petinggi negara yang bermukim di penjara itu. Mereka semuanya itu pintar-pintar cuma sayangnya mereka tidak bertumbuh keatas.
Memang setelah kita sampai pada tingkatan pintar untuk menjadi bijak itu ujiannya luar biasa berat. Makanya tidak banyak yang lulus, tapi tidak banyak bukan berarti tidak ada. Proses menjadi bijak pun cukup sulit, tapi sulit bukan berarti tidak mungkin toh,difficult does not the same as impossible begitu kata orang Batak rantau alias Barat. Untuk sesuatu yang lebih baik pastinya akan selalu lebih sulit.
Semoga republik yang kita cintai ini menemukan pemimpin-pemimpin yang bijak yang bisa membawa bangsa ini ke level yang lebih tinggi lagi.
Salam Bijak Palsu
Note; Mungkin kita butuh NEGARAWAN bukan POLITISI
sumber : http://sosok.kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar