Rabu, 05 Desember 2012
0 CINTA melahirkan keindahan, kebahagian, kesenangan, dan kesengsaraan
Cinta, lima huruf yang persoalannya mulai dulu sampai sekarang tak pernah selesai-selesai. Orang selalu senang dan semangat ketika membahas tentang cinta. Demikian cinta kedatangannya bagai misteri yang hinggap kapan saja di relung hati ini. Juga, kita lahir kedunia ini karena eksistensi cinta. Inilah Anugerah terindah yang diberikan Tuhan pada kita.
Memang cinta datang tidak memandang bulu semua bisa merasakan getarannya. Apabila cinta hinggap didalam diri kita, kebahagiaan dan kesenangan tumbuh didalamnya. Apa lagi sang pujaan juga sama-sama mempunyai perasaan yang sama dengan diri kita. Wah!! Luar biasa. Akan tetapi sebaliknya, tak jarang cinta itu sendiri akan memberikan kesengsaraan pada diri kita.
Betapa indahnya, Nabi Allah, Adam dan Siti Hawa, dua cinta berpadu menjadi satu. Betapa gelisahnya seorang Siti zulaikhah saat jatuh cinta pada Nabi Allah, Yusuf AS. Begitu cinta yang sanggup melahirkan keindahan, kebahagian, kesenangan, dan kesengsaraan pada kita. Saya sendiri ketika mengingat tentang “CINTA”, saya ingat juga pada temanku di kampung halamanku. Hidupnya kian tidak menentu setelah dirinya jatuh cinta pada seorang gadis.
Begini ceritanya. Dia termasuk tetanggaku. Aku adalah adik kelasnya saat sama-sama bersekolah di Madrasah Nasy’atul Muta’allimin Candi. Mulai dari dulu ia tidak pernah peduli seorang gadis. Bisa di bilang ia tidak pernah tertarik pada seorang gadis. Entah kenapa setelah memasuki kelas tiga MTs Nasy’atul Muta’allimin ia mulai tergoda pada seorang gadis. Gadis itu adalah teman sekelasnya. Gaya dan penampilannya mulai berubah. Tiap harinya sering ngelamun melayangkan imajinasinya.
Puncaknya ketika semester satu selesai, ia mulai gelisah, bingung bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya. Dirinya tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya. Dirinya selalu di pandang rendah oleh dirinya sendiri, bisa di bilang tidak mempunyai ke-pede-an. Akhirnya ia berfikir dan terus berfikir mencari jalan kelur.
Di suatu hari mulai menumukan secercah ide yang hinggap dibenaknya. Ia berinisiatif untuk pergi kedukun. Harapannya, supaya si gadis tersebut bisa mau terhadap dirinya. Dengan pertimbangan yang mapan, ia pergi kerumah dukun. Sepulang dari rumah dukun ia sedikit menemukan kebahagiaan. Ia pulang membawa suatu amalan.
Hari-hari terus di lalui, amalanpun dikerjakan. Saya yang sebagai teman sebayanya mulai menemukan keanehan. Ia puasa setiap hari tanpa henti. Saya fikir amalan ini edan, puasa kok setiap hari. Merasa kasian, saya mencoba menegurnya. “Tau apa kamu, sudah jangan ikut campur urusan ini”. Katanya dengan raut muka yang sedikit marah pada aku, karena aku menegurnya. Saya hanya menghela nafas. Kasian temanku ini, hidup seperti ini karena sebuah cinta yang agung pada seorang gadis.
Kurang lebih tiga bulan kemudian, ia masih dalam keadaan berpuasa. Ia tidak patah arang meskipun sigadis sang pujaan hatinya tidak mau padanya. Baginya mungkin puasalah solusi terakhir. Sesungguhnya ia di suruh puasa dua hari oleh dukunnya, tapi kata dia harus berpuasa dua tahun. Dia salah dengar. Begitulah kabar yang diterimaku dari tetangga dekatnya. Tapi kalau di peringati ia tetap bersikukuh harus berpuasa dua tahun. Ia teguh memegang keyakinannya. Kasian temanku ini.
Sampai suatu hari, ia mulai kehilangan kendali dalam menjalankan roda kehidupannya. Ia sering keluar rumah mengikuti kehendak dirinya. Hidupnya mulai terpuruk. Tak jarang ia pergi kerumah si gadis idaman hatinya itu sambil membawa gitar dan bernyanyi di halaman si gadis tersebut. Sepertinya rasa malu didalam dirinya sedikit-sedikit mulai hilang. Saya mulai bertanya pada diriku sendiri; Inikah cinta yang agung itu?. Subhanallah!!!
Cerita ini mirip si Qais didalam novel Laila Majnun. Bedanya cuman si gadis tidak mempunyai perasaan yang sama. Yang mengherankan, sampai sekarang temanku ini tidak sembuh-sembuh. Ia tetap dalam keterpurukannya. Saya sendiri hanya bisa mengucapkan: Semoga cepat sembuh kawan dan bangkit lagi dari keterpurukannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar