Senin, 29 Oktober 2012
0 SEJARAH VESPA MASUK KE INDONESIA
VESPA MASUK KE INDONESIA
Vespa masuk ke Indonesia pada
tahun 1960 melalui ATPM (Agen
Tunggal Pemegang Merk) PT
Danmotors Vespa Indonesia/DVI
di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi
(sekarang dipegang oleh PT
Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai
dealer utama saja. Note: Bukan
importir atau distributor
eksklusif). VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa
penghargaan dari pemerintah
Indonesia kepada kontingen
Pasukan Penjaga Perdamaian
Indonesia yang bertugas di Kongo saat itu. Pasukan bernama
Kontingen Garuda (disingkat
KONGA atau Pasukan Garuda)
yang turut diperhitungkan di
dunia dibandingkan pasukan
perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional
Indonesia yang ditugaskan
sebagai pasukan perdamaian di
negara lain. Indonesia mulai
turut serta mengirim
pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian
PBB sejak 1957. Awalnya, saat
Indonesia merdeka pada tanggal
17 Agustus 1945, Mesir langsung
mengadakan sidang menteri luar
negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama
yang mengakui kedaulatan
Indonesia dengan datang
langsung ke Ibu Kota RI waktu
itu yaitu Yogyakarta. Untuk
membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno
membalas pembelaan negara-
negara Arab di forum
internasional dengan
mengunjungi Mesir dan Arab
Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956 itu, ketika Majelis
Umum PBB memutuskan menarik
mundur pasukan Inggris, Prancis
dan Israel dari wilayah Mesir,
Indonesia mendukung keputusan
itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB ke Mesir yang
dinamakan dengan Kontingen
Garuda I atau KONGA I. KONGA II dikirim ke Kongo pada
1960 di bawah misi UNOC dengan
jumlah pasukan 1.074 orang,
bertugas di Kongo September
1960 hingga Mei 1961. KONGA III dikirim ke Kongo pada
1962 di bawah misi UNOC dengan
jumlah pasukan 3.457 orang,
terdiri atas Batalyon 531/
Raiders, satuan-satuan Kodam
II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan
tempur, bertugas hingga akhir
1963. Menpangad Letjen TNI
Ahmad Yani pernah berkunjung
ke Markas Pasukan PBB di Kongo
(ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Setelah menyelesaikan tugas
perdamaian yang berat, Pasukan
Garuda menerima tanda
penghargaan dari Pemerintah
Republik Indonesia berupa Vespa
(sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk
uang dan beberapa peti jarum
jahit). Di pasaran diketahui
adanya vespa Kongo tahun 1963
untuk kontingen 2 dan 3. Kurang
diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena
informasi semacam ini tidak
mudah didapat. Yang menarik
dan tidak diketahui banyak
orang, pemberian vespa
tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran
dalam hal kepangkatan. Vespa
berwarna hijau 150cc ditujukan
bagi tentara yang lebih tinggi
tingkat kepangkatannya, disusul
vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan
yang lebih rendah. Selain itu guna membedakan
vespa tersebut dari vespa lain
yang satu tipe, disematkan
tanda nomor prajurit yang
bersangkutan pada sisi sebelah
kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari
bahan kuningan serta sebuah
piagam penghargaan yang
menyertainya. Maka
berseliweranlah vespa-vespa
tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat
tersebut dikenal sebagian
masyarakat sebagai vespa
Kongo, sementara sebagian lain
justru menyamaratakan dengan
nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya
bulat mirip telur. Vespa Congo tidak diproduksi di
Italia melainkan di Jerman.
Dengan berbahan baku plat baja
yang lebih keras daripada Vespa
bulat umumnya, vespa ini
memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa
buatan Italia yang umum
beredar di Indonesia (VBB1T
maupun VBB2T). Jacob Oswald Hoffmann adalah
orang Jerman yang berjasa
memasukkan vespa ke Jerman.
Kerjasama vespa dengan
Hoffmann putus awal tahun 1955
karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian
vespa bekerjasama dengan
Messerschmitt Co. yang
kemudian mengeluarkan
produksi vespa pertamanya
pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu
Vespa GS yang di Indonesia
sering disebut sebagai GS versi
Jerman dan 150 Touren. Mereka
juga menyediakan purna jual dan
service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann.
Kerjasama ini berlanjut hingga
akhir tahun 1957. Vespa GmbH
Augsburg kemudian berdiri pada
tahun 1958 sebagai sebuah
perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane
Organisation, kongsi ini
kemudian juga menyediakan
beberapa bagian bagi Vespa
Messerschmitt. Saat kerjasama
dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia. Kedua model yang dibuat saat
berkongsi dengan Messerchmitt
(150 Touren dan GS) kemudian
dikembangkan dengan beberapa
modifikasi. Selain itu Vespa
GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali
diperkenalkan dalam tahun 1958.
Produksi berlanjut hingga tahun
1963, yang merupakan saat
puncak perubahan skuter dan
diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya,
Jerman memilih hanya
mengimpor Vespa langsung dari
Itali. Ciri khas Vespa Congo : 1. Spakboard bulat tidak ada
sambungannya seperti vespa
umumnya.
2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
3. Punya tonjolan seperti
tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang
sebelah kiri).
4. Spidometer kotak & agak
besar (berbeda dengan
spidometer VNA/VNB).
5. Ada lambang garuda di body depan sebelah kiri (sekarang
jarang yang ada).
6. Di atas spidometer ada lampu
kecil seperti lampu cabe.
7. Nomor mesin diawali dengan
kode VGLB. 8. Pada BPKB tercantum tulisan
ex Brigade Garuda III
SUMBER; http://teknologi.kompasiana.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar