Selasa, 18 September 2012

0 Pilkada Jakarta, Itulah Gambaran Indonesiaku


alt



Seorang teman dari daerah berkomentar lepas: “mengapa PILKADA Jakarta demikian dianggap penting, sehingga semua warga Indonesia di mana pun disedot perhatiannya oleh media apa pun dengan tayangan hajatan demokrasi yang sifatnya lokal ini?”
Pertanyaan di atas bisa jadi adalah ungkapan ketidaktahuan atau kekurangsadaran akan pentingnya Jakarta sebagai pusat pemerintahan negeri ini. Jakarta pantas diberi perhatian lebih karena di tempat inilah keindonesiaan kita dipertaruhkan juga, karena Jakarta menjadi ikon dan mercusuar bagi daerah-daerah maupun bagi dunia. Karena itu, pantas jika semua media baik cetak maupun eletronik selalu menayangkan hiruk-pikuk yang menyertai pesta demokrasi lokal yang berdampak nasional ini. Media mau mengatakan biarlah seluruh masyarakat Indonesia di mana pun anda berada, ikut ambil bagian entah sebagai pemilih aktif maupun sekedar pengamat di dalam pesta demokrasi ini.
Sangat boleh jadi, latar belakang pertanyaan di atas merupakan ungkapan kecemburuan sosial dari sahabatku yang mewakili sentimen arus bawah di daerah-daerah di luar Jakarta yang memandang ekspos berlebihan oleh media ini sebagai tidakan lebay.Mengapa dikatakan lebay? Karena dirasakan tidak adil dan proporsional jika dibandingkan dengan perhatian media terhadap persoalan-persoalan masyarakat di berbagai daerah lain di negeri ini. Terhadap hal ini mungkin ada yang kemudian menanggapi: “itu derita lo, bro. Siapa suruh tinggal di daerah.”
Terlepas dari aneka kemungkinan tanggapan atas ekspos media yang gencar tentang PILKADA Jakarta ini. Ada beberapa hal yang bisa saya pelajari dan catat sebagai warga negara Indonesia atas fenomena hiruk-pikuk yang menyertai PILKADA Jakarta.
Pertama, Pilkada Jakarta menjadi miniatur proses demokrasi di negeri ini. Mengapa? Selain sebagai pusat pemerintahan RI, Jakarta ikon kebhinekaan Indonesia. Rakyat dari berbagai agama, suku, ras, dan budaya tumplek di Jakarta. Singkatnya, Jakarta menjadi cermin yang memantulkan gambaran keindonesiaan kita. Karena itu, apa yang terjadi selama Pilkada-Jakarta secara induktif memperlihatkan fenomena yang umumnya menyertai pesta demokrasi di berbagai tempat di daerah ini. Termasuk isu SARA yang dimainkan itu juga menjadi gambaran dasar yang sulit dikikis dari bumi Indonesia tercinta ini di mana pun. Itulah Indonesia.
Kedua, apa yang terjadi dalam PILKADA Jakarta bisa menjadi contoh baik atau buruk bagi daerah-daerah dalam memilih kepala daerahnya masing-masing. Harapannya, hanya yang baik-baik saja yang ditiru oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia di mana pun. Jangan meniru yang jelek-jelek saja, sebab tanpa contoh pun yang jelek bisa saja muncul, terutama isu SARA yang mencuat terkait PILKADA Jakarta.
Ketiga, bagaimana situasi yang menyertai PILKADA Jakarta saat ini dapat menjadi gambaran situasi PILPRES 2014. Jika PILKADA Jakarta berhasil memilih Wali Kota yang sesuai dengan harapan masyarakat kecil yang “jujur dengan nuraninya” maka PILPRES 2014 dapat menghasilkan Presiden harapan jutaan rakyat bawah di negeri ini. Kecerdasan rakyat Jakarta dalam memilih walikota Jakarta akan secara langsung turut mendidik seluruh rakyat Indonesia untuk memilih yang terbaik pada PILPRES 2014. Sekedar ilustrasi: Jika PILKADA Jakarta berhasil memenangkan Jokowi, maka Presiden yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia di tahun 2014 minimal menyerupai Jokowi dalam gaya dan pendekatan kepemimpinannya. Atapun sebaliknya, jika yang terpilih adalah Foke, maka rupanya rakyat Indonesia lebih nyaman dengan status quo.
Dengan demikian, siapa pun yang berhasil terpilih sebagai wali kota Jakarta, bekerjalah bukan hanya untuk warga Jakarta saja. Karena seluruh mata dan harga diri rakyat negeri ini ikut dipertaruhkan dengan jabatanmu. Jika di depan mata presiden saja diurus dengan tidak becus, bagaimana dengan dareah-daerah lain yang jauh dari mata presiden. Syukur jika hanya jauh di mata, tetapi dekat di hati. Kalau jauh kedua-duanya, maka kekecewaan masyarakat Indonesia akan figur pemimpin yang berhati rakyat akan kian menumpuk. Akumulasi kekecewaan bisa terungkap melalui berbagai kecendrungan negatif yang melanda kehidupan masyarakat Indonesia selama ini.
Sebab itu, seluruh warga negara Indonesia menitipkan pesan bagi warga Jakarta yang memiliki hak pilih agar cerdas dalam pemilihan kali ini. Kecerdasan kalian menentukan kecerdasan rakyat Indonesia memilih Presiden pada 2014 nanti.

0 komentar:

Posting Komentar

 

ekoqren Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates