Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil quick count Pemilukada DKI Jakarta, yang menempatkan Jokowi-Basuki sebagai pemenang dengan 53,68 persen suara, mengalahkan Foke-Nara yang hanya meraih 46,32 persen suara.
Peneliti LSI Setia Darma menjelaskan mengapa Jokowi-Basuki menang. Berdasarkan survei yang dilakukan pada September, ada beberapa faktor yang menyebabkan Jokowi-Basuki meraih suara yang lebih besar ketimbang Foke-Nara.
Pertama, berdasarkan survei yang telah dilakukan, sosok Jokowi-Basuki lebih disukai publik Jakarta.
"Sebesar 65,2 persen, Jokowi-Ahok lebih disukai publik Jakrta yang baru mengenalnya. Sedangkan Foke hanya 60,9 persen," ujar Setia di Kantor LSI, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Kamis (20/9/2012).
Kedua, lanjutnya, kinerja Foke dinilai kurang memuaskan oleh publik Jakarta.
"Sekitar 36,2 persen publik yang menilai kinerja Foke tidak memuaskan," jelasnya.
Ketiga, adanya blunder isu SARA yang kurang disukai masyarakat.
"Mayoritas publik, 51,6 persen tidak suka isu SARA. Artinya, publik DKI pro terhadap keberagaman," imbuh Setia.
Keempat, mayoritas masyarakat Jakarta ingin adanya perubahan.
"Masyarakat merasa jemu dengan permasalahan Jakarta, dan 87,7 persen ingin perubahan," ungkapnya.
Kelima, adanya limpahan dukungan suara dari putaran pertama penyisihan.
"Pada hari-hari terakhir, terjadi migrasi suara yang masif dari pendukung HNW-Didik dan Alex-Nono ke Foke-Nara. Sedangkan pendukung Faisal-Biem dan Hendarji-Riza cenderung ke Jokowi-Ahok," terangnya.
Keenam, golput Jokowi lebih sedikit.
"Pendukung Foke banyak yang golput, sedangkan pendukung Jokowi lebih maksimal," kata Setia.
"Pendukung Foke banyak yang golput, sedangkan pendukung Jokowi lebih maksimal," kata Setia.
Terakhir, sosialisasi yang dilakukan Jokowi-Basuki lebih efektif memengaruhi pemilih, karena banyak dilakukan lewat sosial media.
"DKI ini spesial, karena sebagian besar masyarakat memiliki akses kepada media. Publik DKI akan lebih mudah mengakses apa dan siapa calon yang akan dipilihnya, berbeda dengan publik di daerah yang cenderung sulit mendapatkan akses terhadap media," bebernya.
Jokowi-Basuki lebih banyak menggunakan sosial media (Twitter, Facebook, youtube, dan lain-lain) sebanyak 55,20 persen, sedangkan Foke-Nara hanya 34,10 persen. (*)
"Masyarakat merasa jemu dengan permasalahan Jakarta, dan 87,7 persen ingin perubahan," ungkapnya.
BalasHapustaruhan judi Togel Sgp terpercaya