Warga Jakarta, Ibukota Indonesia, untuk kedua kalinya warga memilih pemimpin kota mereka secara langsung; Jakarta merupakan salah satu kota yang terpenting Asia. Joko Widodo, Walikota Surakarta di Jawa Tengah, ungggul dari Gubernur Fauzi Bowo (yang diharapkan banyak orang menjadi pemenang); pada putaran I, Jokowi unggul 43 % suara dari Gubernur Fauzi Bowo dengan 34 % suara.
Jokowi, seorang eksportir furnitur yang masuk politik untuk pertama kalinya ketika ia menjadi Walikota Surakarta/Solo pada 2005. Sebagai walikota Surakarta, Jokowi membantu merelokasi PKL untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan memperkenalkan sistem trem modern. Ia menjadikan jalannya roda bisnis menjadi efisien, layanan kesehatan untuk rakyat serta penataan daerah kumuh/keluarga miskin. Pada tahun 2010, ia terpilih kembali dengan 90,9 persen suara; dan pada 2012 mendapat penghargaan (yang diberikan setiap dua tahun) City Mayors Foundation.
Jokowi melakukan kampanye dengan cara populis, memperkenakan kemeja/baju kotak-kotak, teelah menyuntikkan semangat baru ke dalam proses demokrasi di Indonesia. Jokowi muncul untuk mewakili generasi baru. Jokowi melakukan kampanye pemilihan Gubernur menyerupai konser musik rock, nuansa baju/kemeja kotak-kotak, serta memberikan pesan-pesan perubahan sebagai pemimpin muda di Jakarta, salah satu dari kota-kota yang penting di Asia. Pertanyaannya sekarang adalah apakah ia bisa meniru keberhasilan di Surakarta (berpenduduk 520.000 jiwa), di Jakarta (Ibukota dengan populasi lebih dari 10 juta).
Wimar Witoelar, seorang pengamat politik veteran yang merupakan juru bicara Abdurrahman Wahid, mantan presiden, menyatakan, ”Pemilu ini adalah tes untuk partai politik, apakah masih bisa diharapkan. Pencalonan Jokowi, telah mengguncang dunia politik. Dia sosok yang lucu, tokoh funky, dia dan kemeja kotak-kotak dan kenaifan; sangat menyenangkan untuk memiliki seseorang penghilang oligarki partai.“
Pada suatu acara kampanye, seorang agen asuransi bernama Kiki Arpio mengatakan, “Dia ditangani tantangan di Solo dan membuatnya menjadi kota terbaik di Indonesia, yang penting adalah bahwa ia memiliki visi yang baik untuk kota.”
Douglas Ramage, dari Bower Grup Asia dan pakar politik Indonesia, mengatakan, “Pemilih mencari integritas dan pemerintahan yang bersih.Identifikasi partai telah runtuh di Indonesia; siapa pun yang memenangkan gubernur akan mengontrol anggaran senilai US$ 4,3 miliar dan mengawasi jantung keuangan dan politik dari salah satu negara yang paling cepat berkembang di dunia dari sisi ekonomi. “Yang membuatnya menjadi kolam madu kecil; kekayaan Jakarta telah membantu menyediakan “bahan bakar” bagi korupsi di Indonesia.
Dalam kampanye pemilihan Gubernur Jakarta, para pendukung Jokowi menyebut diri mereka semut melawan gajah, semutlah yang akan menang,” katanya. [sumber New York Times).
seorang eksportir furnitur yang masuk politik untuk pertama kalinya ketika ia menjadi Walikota Surakarta
BalasHapusjudi togel online yang aman dan terpercaya