Artikel pendek di bawah adalah kutipan dari bayan (pengajian) tentang bagaimana cara meningkatkan iman kita. Disampaikan oleh seorang alim*). Untuk meningkatkan dan meluruskan iman, ada beberapa hal yang bisa ditempuh:
Pertama, memikirkan dan merenungkan keagungan Allah SWT melalui ciptaan-ciptaan-Nya.
Kedua, memikirkan perjalanan hidup dunia dan akherat (seperti disampaikan di bawah ini).
Ketiga, memikirkan umat bagaimana umat agar mengenal Allah. Barokahnya akan meningkatkan iman kita sendiri.
Keempat, memikirkan sejarah orang ahli iman, para nabi, para rasul, para sahabat, para wali-wali Allah. Bagaimana sejarah perjuangan mereka dan pertolongan Allah datang kepada mereka.
Allah mengarahkan dalam Al-Quran kepada kita untuk memikirkan masalah program perjalanan hidup ini, la’allakum tatafakkaruuna fid-dunyaa wal-aakhiroh (Hendaklah kamu berfikir mengenai perjalanan dunia ke akherat). Allah SWT memberikan kepada manusia ini dua kehidupan, kehidupan yang sementara beberapa hari di dunia ini dan kehidupan yang kekal abadi di akherat.
Allah SWT ciptakan manusia ini untuk kehidupan akherat yang kekal abadi yang selama-lamanya. Dunia ini hanya sebentaar saja, dibandingkan akherat. Dunia dibanding akherat, kata Nabi SAW seperti kamu memasukkan jari kamu dalam lautan, kemudian kamu tarik jari kamu, maka air yang nempel di jari kamu itu seperti dunia, lautan seperti akherat. Tidak ada apa-apanya sudah. Dunia ini dibanding akherat tidak ada apa-apanya. Luasnya tidak ada apa-apanya. Surganya orang iman yang paling kecil seperti dunia seisinya lipat sepuluh kali. Waktunya juga tidak ada apa-apanya. Tidak ada 1 persennya akherat, dunia ini. Setengah persennya juga tidak ada. Seperempat persennya juga tidak ada. Sama sekali tidak bisa dibandingkan. Karena akherat itu selama-lamanya, sedangkan dunia ini hanya beberapa saat saja. Masyaallah... selama-lamanya, hadirin yang dimuliakan Allah. Kalau beruntung selama-lamanya. Naa’udzubillah, kalau orang mati dalam keadaan tidak beriman maka ia akan celaka selama-lamanya juga.
Ini kita renungi kita fikirkan, karena di antara hijab (penghalang) hati kita sehingga kita ini tidak meningkat imannya karena hati kita ini sibuk memikirkan dunia. Hari-hari sudah itu... cari duit, cari uang, bangun rumah, mau kawin, mau mantu, mau ini, mau itu, sehingga kita ini nggak sempat, bahwa kita ini nggak sempat berfikir bahwa kita ini dalam perjalanan menuju akherat, itu nggak terfikir. Terus waktu berjalan, terus waktu berjalan, kesibukan dunia tambah banyak, kesibukan dunia tambah banyak, di tengah-tengah kesibukan dunia tahu-tahu kita diberangkat ke akherat. Berteriak-teriak “Saya belum siap, saya belum ada persiapan”. Seperti mau suruh keluar (dakwah), hadirin yang dimuliakan Allah. “Saya belum siap, bulan depan saja, saya belum siap”. Lha kalau yang naksil (menagih) malaikat Izrail itu bagaimana? “Saya belum siap!” Izrail akan berkata: “Saya tidak perlu persiapan kamu. Saya perlu nyawa kamu itu. Sudah habis waktu kamu di dunia ini.” Likulli ummatin ajal, idzaa jaa’a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa’atan wa laa yastaqdimuun (Kalau ajal sudah datang, tidak bisa dimajukan tidak bisa diundurkan, pasti kita akan berangkat juga). Walaupun kita ini orang yang paling kaya, orang yang paling pintar, orang yang paling hebat, orang yang paling cerdas, orang yang paling berkuasa, orang yang paling sehat, tapi kalau ajal sudah datang kita tidak akan bisa mundur walaupun sedetik pun.
“Hidup kita ini bukan kemauan kita”
Maka jangan dibikin main-main, hadirin yang dimuliakan Allah. Karena kematian ini bukan main-main, beneran ini, semua orang pasti akan menjalankannya. Tidak bisa kita elakkan lagi.
Sudah menjadi keputusan Allah kita sampai ke dunia. Apakah kita bisa menolak? Tidak akan bisa.
Nanti kalau sudah datang keputusan Allah untuk kita meninggalkan dunia ini, juga kita tidak bisa menolak.
Nanti kalau datang keputusan Allah untuk kita bangun lagi dari kubur kita, juga kita tidak bisa menolak.
Maka orang-orang kafir mengatakan, “Orang sudah mati ya sudah. Maa yuhyil-‘izhoma wa hiya romim (Sudah busuk, sudah lapuk masa’ hidup lagi?!!”
Jawablah “Qul yuhyihal-ladzii ansya’aha awala marroh. Iya, hidup lagi. Yang Menghidupkan adalah Yang Menghidupkan mereka saat ini. Bukankah kamu dulu orang mati?! Sekarang kamu dihidupkan. Dulu kamu itu benda-benda mati. Seratus tahun yang lalu kamu itu benda mati. Asalnya bayi, asalnya sperma (air mani), asalnya dari makanan, dari tanah. Dulunya kamu itu benda mati, dengan qodrat (kekusaan) Allah kamu jadi hidup. Maka setelah matipun, dengan qodrat Allah, kamu nanti akan hidup lagi.
Tapi hidup yang kedua ini (nanti) lain dengan hidup yang sekarang ini.
Hidup yang sekarang ini untuk amal, hidup yang kedua untuk menerima balasan amal.
Hidup yang pertama ini ujian, hidup yang kedua untuk menerima hasil ujian.
Hidup yang pertama ini sementara, hidup yang kedua selama-lamanya.
Hidup yang pertama ini kita bisa menipu bisa memalsuu, hidup yang kedua keputusan dari Allah yang tidak bisa dipalsu tidak bisa ditipu.
Hidup yang pertama ini bercampur antara orang iman orang kafir, hidup yang kedua nanti wamtaazul yauma aiyuhal mujrimuun (Orang kafir semua ke neraka, orang iman semua ke surga).
Hidup yang pertama ini banyak orang yang tidak faham dengan agama, banyak orang yang tidak mengerti kepentingan agama, hidup yang kedua nanti semua faham, sampai Fir’aun faham agama itu penting, sampai Abu Jahal pun akan faham agama itu penting.
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.
Maka ini pemikiran yang kedua untuk meningkatkan iman kita. Mikir akherat. Di dunia ini rumah saya di... nanti di akherat rumah saya di mana. Di dunia ini pangkat saya rakyat jelata, nanti di akherat pangkat saya apa. Di dunia ini saya jadi orang misikin, apakah di akherat akan miskin lagi. Wa man kaana fi hadzihi a’maa, fahuwa fil-aakhiroti a’maa wa adhollu sabiila (Barang siapa di dunia ini tidak mengenal Allah, maka nanti di akherat akan bertambah sesat dan bertambah bingungnya).
Tapi orang yang di dunia ini memang mengenal Allah, nanti di akherat tidak bingung. “Oo... ini tempat kekuasaan Allah juga. Saya dulu kalau ada masalah-masalah apa-apa Ya Allah.. Ya Allah.. ini kan alamnya Allah juga. Saya di sini juga Ya Allah.. Ya Allah..”
“Dulu saya di dunia kalau mendapatkan masalah.. Laa ilaaha illah... Laa ilaaha illah. Maka orang-orang iman bangun dari kubur, (ketika semua orang terkejut) mereka mengatakan Laa ilaaha illah... Laa ilaaha illah. Wis ora kaget, ini nggone Gusti Allah. Nggak usah terkejut, ini tempat milik Allah.” Ini kalau orang itu kenal kepada Allah, nggak ada masalah di mana-mana.
Tapi kalau nggak kenal dengan Allah, di dunia bingung, di kubur bingung, di akherat akan bingung juga.
*) Disampaikan seorang alim, hafizh Quran dan ahli hadist,
magister lulusan universitas di Timur Tengah,
pemimpin gerakan dakwah internasional dengan puluhan ribu da’i aktif,
pengasuh 14 ribu santri lebih.
0 komentar:
Posting Komentar