Apalah arti sepenggal tulisan seorang guru? Pertanyaan itu seringkali muncul di benak guru maupun calon guru. Tulisan bukanlah sembarang tulisan. Yups, tentu sebuah tulisan yang mengandung isi dan manfaat. Tak banyak jumlah guru yang mampu menelurkan karya berupa buku, entah itu buku bacaan, buku acuan pembelajaran, ataupun buku yang mengandung pengetahuan sesuai dengan profesi mereka. Hal itu dikarenakan banyak guru yang belum berani menulis.
Seandainya, di negara kita banyak guru yang menelurkan buku, mungkin pendidikan di negara kita akan jauh lebih baik, bahkan bisa diharapkan akan lebih maju. Seperti misalnya, apabila beberapa guru ada yang menelurkan karya berupa buku sebagai acuan dalam pembelajaran dan dijual dengan tarif di bawah harga pasaran ataupun dibagikan secara cuma-cuma kepada siswanya, maka siswa yang tidak mampu akan dapat memiliki buku tersebut dan akan lebih semangat untuk belajar.
Tak sedikit jumlah siswa yang tidak memiliki buku dikarenakan faktor ekonomi, padahal kemampuan mereka tidak kalah dengan kemampuan anak lain dengan ekonomi yang memadai. Ketidakmampuan untuk memiliki buku sebagai sumber belajar, membuat mereka terhalang untuk mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dari sebuah buku. Hal tersebut membuat sejumlah anak merasa bahwa dirinya tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik seperti siswa lain yang memiliki buku, hanya karena sebuah buku.
Berbagai alasan bermunculan ketika ditanya mengapa guru tidak menulis? Salah satunya yaitu tidak adanya rasa percaya diri terhadap tulisannya sendiri. Yups, salah satu penyebabnya ialah kepercayaan diri. Banyak guru yang merasa bahwa tulisan mereka tidak layak dipublikasikan. Padahal sangat disayangkan apabila pengetahuan yang dimiliki guru hanya mengendap di kepala mereka dan tidak dipublikasikan dengan tulisan. Seperti yang ditulis oleh Ariel NOAH dalam bukunya yang berjudul Kisah Lainnya, “YANG TERUCAP AKAN LENYAP, YANG TERCATAT AKAN TERINGAT”. Nah, dari kutipan tulisan Ariel tersebut, kita renungi bahwa segala sesuatu yang dicatat dan ditulis pasti akan teringat, terkenang dan bermanfaat. Lalu bagaimana dengan guru? Sudah pasti, guru harus mampu menulis.
Ketidakpercayaan diri yang menjadi batu sandungan bagi guru untuk menulis, menghalanginya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat, yang notabene masyarakat kalangan bawah merasa bahwa harga buku relatif mahal bagi mereka. Karena faktor utama ialah rasa percaya diri dan kesadaran diri akan pentingnya tulisan. Maka kedua hal tersebut perlu diperbaiki, ^^. Kepercayaan diri seseorang akan muncul apabila diasah terus-menerus. Sama halnya dengan kemampuan menulis, yang juga perlu diasah agar mampu menghasilkan tulisan yang lebih baik. Nah, jika kedua hal tersebut -kepercayaan diri dan kemampuan menulis- diasah bersamaan, maka akan banyak karya yang dihasilkan. JURNALISTIK wadahnya!! Wadah bagi semua orang yang berkeinginan untuk menulis. Nah, dengan begitu kita mengetahui seberapa pentingnya pendidikan jurnalistik bagi guru. Penting kan? Oleh karena itu, bagi calon guru yang benar-benar ingin menjadi guru, ikuti terus mata kuliah pendidikan jurnalistik agar terasah kemampuan menulisnya. Agar mampu mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Thanks..
Maritsa Akmalia
0 komentar:
Posting Komentar