Senin, 10 Desember 2012
0 Guru sebagai penggerak untuk menciptakan generasi terbaik bangsa
Tak jarang kita menemukan seorang sosok yang berprofesi sebagai guru, yang justru apa yang dia lakukan justru tak mencermin sikap seorang pendidik. Sekian banyak guru yang ada, beberapa diantaranya justru menjadi sebuah mesin kekerasan bagi siswanya, sehingga menimbulkan trauma bagi siswa tersebut. tak bisa di pungkiri jenis guru seperti itu sebenarnya di lahirkan dari sebuah tata kelola kehidupan masyarakat yang salah yang cenderung apatis dan materialisme, yang di dorong oleh kehidupan yang sarat nilai-nilai individual (egoistik) serta pesimistik pada kehidupan. sehingga menjadi guru bukanlah panggilan jiwa, tetapi sebuah cara untuk memenuhi hasrat dan jiwa materialisme karena di anggap bahwa menjadi guru adalah cara yang efektif untuk bertahan dalam kehidupan yang keras.
Maraknya tindakan kekerasan seperti bullying dan tawuran serta berbagai penyimpangan perilaku yang dilakukan di kalangan pelajar akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk dunia pendidikan.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), sepanjang enam bulan pertama tahun 2012 terdapat 139 kasus tawuran pelajar.
Fenomena memprihatikan ini sudah semestinya menjadi cambuk dan momen penting bagi keluarga, sekolah dan negara untuk melakukan evaluasi terhadap pola pendidikan generasi muda. (Al-Waie 2012: 18)
Generasi muda dan pelajar adalah bagian dari anggota masyarakat yang akan menjadi pemimpin dimasa depan, serta pelaku pembangunan pada masa yang akan datang.
Peranan guru dalam menciptakan generasi terbaik sangat berpengaruh, karena lembaga sekolah dan guru berfungsi mengarahkan, membimbing dan membina potensi dasar yang ada pada manusia.
Seharusnya kompetensi kepribadian yang melekat pada figur seorang guru diantaranya berkepribadian islam, berakhlak mulia dan berjiwa pemimpin serta menjadi teladan bagi anak didiknya. Perilaku guru akan menjadi tauladan bagi siswa atau pelajarnya.
Tetapi fenomena yang terjadi justru sebaliknya, ada berbagai macam kasus perilaku guru yang tidak mencerminkan sosok guru bahkan berprilaku yang semena-mena pada murid atau mencontohkan sikap yang sangat tidak baik seperti pelecehan dan lain sebagainya.
Penyebab dari masalah ini adalah diterapkannya sekulerisme (pemisahan agama dengan kehidupan) dalam setiap ranah dengan salah satunya menjadikan pendidikan agama hanya formalitas belaka dalam pendidikan.
Sehingga generasi yang akan dilahirkan akan jauh dari nilai-nilai islam, seperti maraknya tawuran, pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya. Generasi yang berkualitas tidak akan terwujud jika masih menggunakan sistem sekulerisme dalam mengatur kehidupan.
Berbeda halnya dengan islam. Sistem pendidikan dalam islam bertujuan untuk membentuk kepribadian islam, menguasai tsaqofah islam, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam Islam, profil guru diantaranya penghafal Al-Quran dan hadits, berkepribadian islam, faqih fiddin, menguasai keterampilan dan IPTEK, berakhlak mulia, ahli ibadah, memahami tumbuh kembang anak, berjiwa pendidik dan menjadi teladan.
Sehingga generasi yang akan dihasilkan adalah generasi yang berkualitas, unggul dan cemerlang. Hanya dengan sistem islamlah akan terlahir generasi unggulan. Sistem islam hanya bisa terterapkan dalam naungan khilafah.
Oleh karena itu kita selaku kaum muslim harus istiqomah memperjuangkan penerapan syariah islam dalam bingkai khilafah.
sumber:http://news.detik.com
Label:
PENDIDIKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar