Sabtu, 17 November 2012
1 SATE KUDA (JARAN) MENYEMBUHKAN REUMATIK DAN PENYAKIT LAINYA
Seekor kuda bagi masyarakat Jawa sering disebut 'Jaran' merupakan lambang kekuatan, kejantanan dan ketangguhan. Terbukti, keberadaan kuda ini pada jaman kerajaan di Jawa dahulu digunakan sebagai tunggangan para raja, patih dan prajurit untuk berperang.
Selain itu, kuda juga dijadikan sebagai alat transportasi penarik gerobak maupun bendi. Kuda juga digunakan untuk menarik kereta yang berisi barang maupun harta benda para raja dalam jumlah yang sangat besar.
Namun, seiring dengan jalanya waktu, kuda digantikan dengan dengan beberapa alat transportasi modern saat ini sehingga fungsi kuda bergeser. Awalnya diambil tenaga dan kekuatannya namun kini kuda diambil dagingnya sebagai makanan khas penambah kekuatan stamina dan vitalitas tubuh. Selain mempunyai serat yang besar, daging kuda juga dikenal memiliki kandungan kolesterol yang sangat rendah.
Di Yogya, Magelang, Semarang dan sekitarnya daging kuda ini diramu dan diolah menjadi beberapa jenis hidangan ekstrem yang berguna bagi kekuatan dan vitalitas tubuh. Selain jenis makanan lain seperti daging ular kobra, kelelawar, tupai dan sejenisnya.
Kuda sendiri di beberapa kota di Jateng dan DIY ini kerap kali dijadikan sate. Sate kambing, sate sapi dan sate ayam mungkin sudah biasa terdengar di telinga masyarakat. Namun, bila mendengar kalimat sate kuda, maka yang terlintas dalam benak kita adalah sebuah kekuatan luar biasa.
Berdasarkan perspektif empiris atau pengalaman masyarakat, daging kuda dapat menyembuhkan sakit lesu, pegal-pegal, linu-linu di pinggang dan persendian atau yang sering disebut rematik. Selain itu, daging kuda dapat juga dipercaya menyembuhkan sakit napas berupa asma dan flek di paru-paru, sakit gatal-gatal eksim kering maupun basah, sakit ayan atau epilepsi dan lainya.
Seperti pengalaman yang dijalani oleh Subari (50), warga Bogeman Wetan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jateng. Subari merupakan penderita penyakit kencing manis dengan kadar gula yang sangat tinggi yaitu sebesar 580. Sehingga setiap hari badannya loyo dan haus terus-menerus sehingga banyak minum. Yang membuat dia lebih takut lagi, kedua matanya menjadi kabur dan alat kelaminnya tak bisa ereksi.
"Sudah saya coba dengan cara memutar film biru, ternyata ngulet saja tidak mau, apalagi sampai bangun," akunya polos saat ditemui merdeka.com di rumahnya.
Saat kebingungan mencari obat, Subari kemudian diberitahu temannya bahwa daging kuda bisa menurunkan kadar gula. Sejak dua tahun lalu dia pun menjadi pelanggan setia sate jaran di Jalan Daha, Kota Magelang, Jateng. Jika di Magelang yang lebih dekat dengan rumahnya tutup, diapun rela untuk meluncur ke kawasan Kranggan ataupun di Warung Sate Kuda Gondolayu di Jl Jedral Sudirman Kota Yogyakarta.
Awalnya, setiap minggu dua kali dia selalu secara rutin makan sate kuda. Setelah berjalan satu tahun, Subari memeriksakan kadar gulanya ke laboratorium. Ternyata tidak hanya isapan jempol dan terbukti, kadar gulanya mengalami penurunan. Saat ini, dia hanya mengkonsumsi sate kuda itu dengan durasi seminggu sekali.
"Kadar gula saya sekarang ini hanya sebesar 200," tuturnya.
Baginya yang paling membahagiakan, selain penglihatannya normal kembali, kewajibannya sebagai seorang suami untuk memberikan nafkah lahir batin juga bisa dilaksanakannya dengan baik. "Punya saya tidak hanya hanya bangun kembali. Namun, bisa menjadi lebih keras serta badan tidak letoy lagi," ucapnya sambil tersenyum.
Banyak khasiat dan manfaat yang dapat diperoleh dari daging atau sate kuda. Hal terpenting untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh kita mesti baik-baik dalam berolah raga serta menjaga pola makan yang sehat.
Satrio Prakoso pemilik warung di Kawasan Kranggan, kota Yogyakarta ini menyediakan sajian kuliner berbahan daging kuda. Selain sate, ada juga yang berupa dalam bentuk tongseng serta abon dari bahan dasar daging kuda. Satenya kuda di warung ini diolah istimewa. Daging yang digunakan adalah daging khas dalam pilihan, sebelum ditusukan ke lidi daging direndam dengan bumbu selama tiga jam baru dibakar. Tak heran jika cita rasa rempah-rempahnya meresap hingga ke serat daging dan nikmat dirasakan.
"Rumah Sakit Dr Sardjito dan mahasiswa UGM pernah meneliti daging kuda yang kami gunakan. Penelitian menunjukkan bahwa ternyata daging kuda kaya akan oksigen dan rendah kolesterol. Maka dari itu, tongseng kami tidak menggunakan santan, untuk menekan kadar kolesterol itu," jelas Satrio.
Daging kuda, menurut Satrio rasanya hampir sama dengan daging sapi. Untuk sate dan tongseng, Satrio memasang tarif atau harga Rp 20 ribu per porsi, sedangkan abon dijual Rp 24 ribu per 1 ons.
Warung Makan Andari yang berada di jalan Srandakan, Pandak, Bantul, Yogyakarta. Selain di tempat ini, sate kuda juga dapat ditemukan di daerah Gondolayu, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman No 25 Yogyakarta, dan di jalan Imogiri Timur, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Pleret yang dikenal sebagai pemasok bahan baku daging kuda untuk kawasan DIY dan sekitarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Examinations are held very often and lists of students rankings are posted on the walls of a school. Shanghai students study much harder than western pupils
BalasHapusBandar togel Hongkong