Memilih pemimpin gampang-gampang susah. Gampang karena kita tinggal coblos/vote salah satu kandidat/paket kandidat, susah kalau kita ingin benar-benar dapat pemimpin yang ideal, setidaknya menurut kita (jujur, bersih, tegas, berani, adil, dlsb).
Mengamati wacana bursa Capres RI 2014 cukup menarik. Ada nama-nama lama, muncul pula nama-nama baru. Masing-masing dengan kekuatan dan catatan historisnya. Ada tokoh politik yang juga pengusaha besar, yang namanya terkait dengan sebuah kasus bencana alam. Ada mantan jenderal yang sempat melejit namanya. Ada mantan menteri yang guru besar hukum, sempat juga terang namanya namun agak menurun akhir-akhir ini. Yang menarik adalah berita baru-baru ini, seorang musisi populer yang juga suka berceramah, menyatakan siap maju sebagai capres. Wah seru. Ada juga mantan ketua MPR. Juga gubernur ibukota yang baru terpilih, tak luput diwacanakan dalam bursa ini.
Siapa yang akan Anda pilih nantinya?
Mungkin banyak orang yang sudah merasa pasti dengan pilihan mereka, namun agaknya banyak juga yang masih ragu. Baik ragu karena bingung mana yang akan dipilih maupun ragu karena menurutnya tak ada calon yang dianggap ideal (memenuhi syarat) untuk jadi pemimpin bangsa.
Untuk kemungkinan kedua (masih ragu), lantas kita bertanya, mengapa kita gagal memunculkan seorang calon presiden yang cukup meyakinkan? Mengapa kita sering memilih seseorang, dan kemudian harus kecewa karena pilihan kita tak memenuhi harapan? Atau presiden yang dipilih untuk kedua kalinya (periode kedua) dengan harapan akan meningkatkan performanya di periode kedua, namun sayang malah justru menurun kinerjanya?
Di sisi lain, sering kita saksikan politisi-politisi muda yang awalnya terlihat cerdas, berani, namanya cepat melejit, namun kemudian dia tersangkut kasus, atau membuat pernyataan/melakukan tindakan yang kontroversial, atau ‘terkooptasi’ dengan sistem yang ada (yang korup), sehingga akhirnya namanya redup, dilupakan orang, dan akhirnya tak mencapai puncak dalam kepemimpinan bangsa.
Beberapa nama di atas sempat melejit namanya di awal, namun kemudian meredup setelah sekian lama berkecimpung di politik, atau pada saat berada di puncak karier politiknya karena berbagai sebab (tersangkut kasus dll).
Pikiran-pikiran di atas berujung pada pertanyaan, apa yang salah dengan sistem politik kita? Apa yang dilakukan partai-partai politik untuk membina kader-kadernya, dan juga untuk menjaga agar tokoh-tokohnya yang sudah mencapai prestasi dapat dipertahankan kredibilitasnya sehingga makin mendapat kepercayaan publik (rakyat)?
(kira-kira apa jawabannya ya… )
Mungkin karena partai-partai terlalu banyak disibukkan oleh perebutan kursi di dewan perwakilan rakyat, atau perebutan proyek, sehingga kurang waktu untuk menangani pengkaderan ini
Kalau melihat kondisi seperti ini, apa yang harus dilakukan oleh rakyat?
Mungkin ada benarnya pandangan yang menyatakan, sebenarnya rakyatlah yang paling menentukan perubahan bangsa, dan bukan pemimpin. Karena toh mereka yang memilih pemimpinnya. Pemimpin yang baik cermin dari rakyat yang baik, dan pemimpin yang jelek cermin dari rakyat yang kebingungan.
Perubahan harus dimulai dari rakyat (akar rumput). Lakukan saja perbaikan di sekelilingmu, sambil berharap suatu saat nanti mendapat pemimpin yang kau cita-citakan.
0 komentar:
Posting Komentar