Lukisan Soekarno dengan Che Guevara di GIM (Foto: Okezone/Iman Herdiana)
BANDUNG - Di antara 11 lukisan yang dipamerkan seniman lukis hitam-putih, Suherman, di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Bandung, Jawa Barat, ada momentum di mana Presiden pertama RI, Soekarno, bersinggungan dengan dunia luar.
Misalnya, ketika dia bercakap dengan tokoh revolusioner Amerika Latin, Ernesto Guevara Lynch de La Serna atau dikenal dengan Che Guevara. Ada juga lukisan Soekarno yang tengah duduk bersebelahan dengan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy.
Pada lukisan Soekarno dan Che Guevara yang berukuran sekira 100x100 sentimeter, Suherman mengambil referensi dari foto perangko yang dicetak Pemimpin Kuba, Fidel Castro, pada 2008 lalu. Pertemuan Bung Karno dengan Che Guevara terjadi pada 1960.
“Saya melihat percakapan mereka (Soekarno dan Che) serius. Bisa jadi Soekarno bertukar pikiran dan saran dengan Che tentang perjuangan,” jelas pria yang akrab disapa Pahe itu.
Menurutnya, percakapan tersebut semakin menegaskan bahwa Soekarno merupakan tokoh yang mendunia. Soekarno sebagai figur pemimpin Indonesia yang namanya harum bagi tokoh-tokoh pemimpin besar dunia.
Perangko yang dicetak Pemerintah Kuba merupakan bukti bahwa peran Soekarno terhadap Kuba tidak bisa diabaikan.
Tak hanya dengan Che yang mewakili tokoh kiri, dengan Amerika Serikat pun kepemimpinan Soekarno diperhitungkan.
“Bung Karno mampu bersahabat dengan siapa pun, termasuk dengan Presiden Kennedy yang tewas dibunuh itu,” sambung pria kelahiran 1953 itu.
Untuk melukis Soekarno dan Kennedy, Pahe mengambil referensi dari sejarah kunjungan Soekarno ke Amerika Serikat pada 24 April 1961. Dalam lukisan, Soekarno duduk bersama John F Kennedy di sebuah mobil sedan convertible (tanpa atap) melewati pasukan penghormatan di sebuah pangkalan udara. Kedua tokoh besar itu tersenyum lebar.
Lukisan-lukisan berkonteks internasional itu menunjukkan bahwa Soekarno bisa berteman dengan tokoh dari negara berhaluan kiri sekaligus bersahabat dengan tokoh dari negara kapitalis.
Ada juga lukisan Soekarno yang sengaja dibuat Pahe di dalam ruang sidang GIM. Ruangan itu hingga kini masih ada, dengan tata letak dan arsitektur interior tidak banyak berubah karena dirawat oleh Komunitas Gedung Indonesia Menggugat.
Seperti diketahui, pada 18 Agustus-22 Desember 1930 lalu, di ruang sidang itu Soekarno diadili atau dikriminalisasi oleh Pemerintah Belanda. Waktu itu, Soekarno ditahan di Penjara Banceuy, Bandung. Di dalam sel, dia menulis pledoi yang kemudian dibukukan berjudul "Indonesia Menggugat". Dalam persidangan itulah Soekarno justru balik menggugat Pemerintah Belanda.
Salah satu lukisan dibuat di GIM, yakni sosok Soekarno yang berdiri tegak mengenakan stelan formal militer. Tangan kirinya memegang tongkat komando, wajahnya menghadap sedikit ke kiri dengan tatapan mata yang jauh. Di atas Soekarno, terbang burung elang. Tinggi lukisan itu hampir dua meter.
Kata Pahe, burung elang tersebut simbol dari garuda. “Waktu melukis di GIM, aura yang saya tangkap adalah sebuah kharisma besar dan nilai-nilai perjuangan yang tetap hidup sampai kini. Pancasila yang berada di burung garuda mencerminkan pemikirannya yang nasionalis, tegas, dan mencintai rakyatnya,” ungkapnya.
Di setiap lukisan, ada kutipan yang diambil dari pidato dan tulisan Soekarno. Sehingga, selain bisa mengenang sosok Bung Karno, pengunjung juga bisa membaca sedikit pemikirannya.
Bahkan, pengunjung seolah diajak berdialog dengan Soekarno ketika mengamati lukisan sambil membaca kutipan tersebut.
Untuk membuat 11 lukisan Soekarno, Pahe memerlukan waktu enam bulan. Selama pembuatan, Pahe berusaha menyelami pemikiran, kegelisahan, dan sejarah Soekarno. Kegelisahan itu bercampur dengan situasi dan kondisi dalam negeri saat ini. Karena itu, menurut Pahe, untuk mengubah kondisi, Indonesia sangat membutuhkan pemimpin besar seperti Soekarno.
“Mungkin lukisan ini berpesan, saat ini kita kehilangan pemimpin bangsa yang tegas dan memiliki nasionalisme untuk membela rakyatnya,” tutur Pahe.
Setelah di Bandung, rencananya Pahe akan memamerkan 11 lukisannya itu di Purwakarta.
Pahe sepakat, Juni merupakan bulannya Bung Karno. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal dunia di Jakarta 21 Juni 1970.
Misalnya, ketika dia bercakap dengan tokoh revolusioner Amerika Latin, Ernesto Guevara Lynch de La Serna atau dikenal dengan Che Guevara. Ada juga lukisan Soekarno yang tengah duduk bersebelahan dengan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy.
Pada lukisan Soekarno dan Che Guevara yang berukuran sekira 100x100 sentimeter, Suherman mengambil referensi dari foto perangko yang dicetak Pemimpin Kuba, Fidel Castro, pada 2008 lalu. Pertemuan Bung Karno dengan Che Guevara terjadi pada 1960.
“Saya melihat percakapan mereka (Soekarno dan Che) serius. Bisa jadi Soekarno bertukar pikiran dan saran dengan Che tentang perjuangan,” jelas pria yang akrab disapa Pahe itu.
Menurutnya, percakapan tersebut semakin menegaskan bahwa Soekarno merupakan tokoh yang mendunia. Soekarno sebagai figur pemimpin Indonesia yang namanya harum bagi tokoh-tokoh pemimpin besar dunia.
Perangko yang dicetak Pemerintah Kuba merupakan bukti bahwa peran Soekarno terhadap Kuba tidak bisa diabaikan.
Tak hanya dengan Che yang mewakili tokoh kiri, dengan Amerika Serikat pun kepemimpinan Soekarno diperhitungkan.
“Bung Karno mampu bersahabat dengan siapa pun, termasuk dengan Presiden Kennedy yang tewas dibunuh itu,” sambung pria kelahiran 1953 itu.
Untuk melukis Soekarno dan Kennedy, Pahe mengambil referensi dari sejarah kunjungan Soekarno ke Amerika Serikat pada 24 April 1961. Dalam lukisan, Soekarno duduk bersama John F Kennedy di sebuah mobil sedan convertible (tanpa atap) melewati pasukan penghormatan di sebuah pangkalan udara. Kedua tokoh besar itu tersenyum lebar.
Lukisan-lukisan berkonteks internasional itu menunjukkan bahwa Soekarno bisa berteman dengan tokoh dari negara berhaluan kiri sekaligus bersahabat dengan tokoh dari negara kapitalis.
Ada juga lukisan Soekarno yang sengaja dibuat Pahe di dalam ruang sidang GIM. Ruangan itu hingga kini masih ada, dengan tata letak dan arsitektur interior tidak banyak berubah karena dirawat oleh Komunitas Gedung Indonesia Menggugat.
Seperti diketahui, pada 18 Agustus-22 Desember 1930 lalu, di ruang sidang itu Soekarno diadili atau dikriminalisasi oleh Pemerintah Belanda. Waktu itu, Soekarno ditahan di Penjara Banceuy, Bandung. Di dalam sel, dia menulis pledoi yang kemudian dibukukan berjudul "Indonesia Menggugat". Dalam persidangan itulah Soekarno justru balik menggugat Pemerintah Belanda.
Salah satu lukisan dibuat di GIM, yakni sosok Soekarno yang berdiri tegak mengenakan stelan formal militer. Tangan kirinya memegang tongkat komando, wajahnya menghadap sedikit ke kiri dengan tatapan mata yang jauh. Di atas Soekarno, terbang burung elang. Tinggi lukisan itu hampir dua meter.
Kata Pahe, burung elang tersebut simbol dari garuda. “Waktu melukis di GIM, aura yang saya tangkap adalah sebuah kharisma besar dan nilai-nilai perjuangan yang tetap hidup sampai kini. Pancasila yang berada di burung garuda mencerminkan pemikirannya yang nasionalis, tegas, dan mencintai rakyatnya,” ungkapnya.
Di setiap lukisan, ada kutipan yang diambil dari pidato dan tulisan Soekarno. Sehingga, selain bisa mengenang sosok Bung Karno, pengunjung juga bisa membaca sedikit pemikirannya.
Bahkan, pengunjung seolah diajak berdialog dengan Soekarno ketika mengamati lukisan sambil membaca kutipan tersebut.
Untuk membuat 11 lukisan Soekarno, Pahe memerlukan waktu enam bulan. Selama pembuatan, Pahe berusaha menyelami pemikiran, kegelisahan, dan sejarah Soekarno. Kegelisahan itu bercampur dengan situasi dan kondisi dalam negeri saat ini. Karena itu, menurut Pahe, untuk mengubah kondisi, Indonesia sangat membutuhkan pemimpin besar seperti Soekarno.
“Mungkin lukisan ini berpesan, saat ini kita kehilangan pemimpin bangsa yang tegas dan memiliki nasionalisme untuk membela rakyatnya,” tutur Pahe.
Setelah di Bandung, rencananya Pahe akan memamerkan 11 lukisannya itu di Purwakarta.
Pahe sepakat, Juni merupakan bulannya Bung Karno. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal dunia di Jakarta 21 Juni 1970.
0 komentar:
Posting Komentar