Seringkali kita membaca komentar atau kicauan orang di media jejaring sosial manakala terjadi reshuffle kabinet atau pergantian pembantu kepala daerah. Kicauan itu berkutat pada persoalan kenapa si polan yang dipilih untuk menduduki pos itu, kenapa bukan si polin yang lebih mumpuni. Diakhir kicauan biasanya ditutup dengan sebuah kalimat singkat, itu hak prerogratif bung!
Begitu pula yang terjadi didaerah. Ketika seseorang terpilih sebagai kepala daerah, tidak lama kemudian terjadi perombakan perangkat daerah. Terkadang, perombakannya terjadi secara besar-besaran, bahkan staf yang dianggap tidak mendukung si kepala daerah saat Pilkada, juga ikut digusur. Lalu orang mulai berkomentar, kenapa si polan memegang pos itu padahal dia begana begini, kenapa si polin dicopot padahal dia sangat begana begini, dan seterusnya.
Setelah itu, mulailah terjadi resistensi, penolakan, tidak mustahil sampai kepada pemogokan. Barangkali sedikit terasa aneh jika sampai kepada situasi penolakan, karena pergantian sebuah jabatan adalah hak seorang kepala daerah atau kepala negara. Mungkin, seorang kepala daerah menganggap bahwa orang yang ditempatkannya pada posisi sekarang sesuai dengan tipologi yang diinginkannya, atau sesuai visi yang sudah dikampanyekannya.
Hal itu mempertegas bahwa seorang pemimpin akan memilih para pembantunya dari orang-orang yang memiliki tipologi yang sama dengan dirinya. Seorang pemimpin tidak mungkin memilih pembantunya yang tidak sesuai dengan karakternya, kecuali karena tekanan politik. Jadi jangan heran, jika seorang pemimpin memilih pembantunya orang-orang yang tidak bisa bekerja, karena si pemimpin itu sendiri tidak tahu, apa yang mau dikerjakannya.
Sebenarnya, dengan menggunakan perbandingan seperti itu, kita dapat melihat tipologi seorang pemimpin di lingkungan kita, di daerah kita, atau dinegara kita. Oleh karena itu, sebaiknya jangan salahkan seorang pemimpin yang memilih pembantunya tidak sesuai dengan selera pasar, karena dia harus menyesuaikan dengan karakternya. Lalu bagaimana kiat untuk melihat tipologi seorang pemimpin?
Kiatnya mudah, mari kita coba rangkum dengan rangkaian kalimat seperti ini:
- Pemimpin yang pintar akan mencari pembantunya yang cerdas dan kreatif supaya dia terlihat lebih pintar lagi;
- Pemimpin yang bodoh akan mencari pembantunya yang lugu supaya mudah disuruh-suruh dan diperintah;
- Pemimpin yang berani akan mencari pembantunya dari orang-orang yang tegas supaya semua perintahnya dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu;
- Pemimpin yang penakut akan memilih pembantunya dari orang-orang penjilat supaya dia selalu dipuji-puji sebagai orang pemberani;
- Pemimpin yang jahat akan memilih pembantunya orang-orang yang siap menghalalkan segala cara supaya semua keinginannya dapat dipenuhi;
- Pemimpin yang ….. dst sumber ; http://birokrasi.kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar