Selasa, 29 Mei 2012

0 selingkuh


Inilah Hukuman Bagi Pria Suka Selingkuh


SHUTTERSTOCK

 Ini adalah peringatan keras bagi Anda khususnya kaum pria yang terbiasa selingkuh alias playboy. Sebuah riset teranyar di Italia mengklaim, pria yang terbiasa membohongi istri mereka lebih mungkin untuk mati mendadak saat bertemu dengan selingkuhannya di luar rumah ketimbang orang yang setia terhadap pasangannya.
Mengkhianati pasangan bisa menghukum mereka
-- Dr. Alessandra Fisher
Penelitian sebelumnya, yang dipublikasikan dalam The Journal of Sexual Medicine, menemukan, pria yang tidak setia tidak hanya berisiko mengalami kehancuran pernikahan, tetapi juga rentan mengalami masalah gangguan kesehatan jantung.

Alasan meningkatnya risiko kematian akibat serangan jantung masih belum jelas, namun para peneliti menduga bahwa perasaan bersalah dan stres karena terus menjaga rahasia, semuanya dapat berkontribusi dalam memicu serangan jantung.

Dalam analisanya, para peneliti dari University of Florence Italia menganalisis frekuensi dan konteks serangan jantung pada pria. Temuan mengungkapkan bahwa masalah serangan jantung (baik fatal dan non fatal relatif) jarang terjadi ketika seorang pria berhubungan seks dengan istrinya. Tetapi risiko itu justru meningkat secara signifikan saat pria melakukannya dengan seorang wanita simpanan.

Di masa lalu, para ilmuwan Jerman menemukan bahwa kebanyakan pria yang tidak setia, meninggal saat berhubungan seks dengan selingkuhan mereka.

Para peneliti mengatakan bahwa penyumbatan arteri bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga kematian karena tuntutan fisik saat melakukan hubungan seks sehingga menyebabkan plak lemak yang menumpuk di dalam arteri pecah.

"Seks extra-marital mungkin berbahaya dan membuat stres karena pasangan perempuan seringkali berusia lebih muda dari istri sah si pria  dan aktivitas seksual rentan terjadi diikuti dengan minum alkhol dan makan secara berlebihan. Ada kemungkinan, melakukan hubungan seks secara diam-diam dalam suasana yang berbeda dari biasanya secara signifikan dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat," kata Dr. Alessandra Fisher, salah seorang peneliti.

Peneliti juga mengatakan bahwa perasaan yang bersalah juga mungkin menjadi alasan mengapa masalah jantung lebih sering terjadi para pria yang tidak setia, yang sebenarnya masih memiliki perasaan terhadap istri mereka. "Mengkhianati pasangan bisa menghukum mereka," tambah Fisher.

Menurut peneliti, sekitar 4 persen lelaki yang sudah menikah biasanya akan berselingkuh setiap tahun. Bahkan sepanjang hidup para pria, ada kemungkinan 50 persen ia akan berselingkuh. Para peneliti mengungkapkan bahwa orang tua, konflik dalam keluarga dan buruknya hubungan primer, semuanya terkait dengan risiko yang lebih tinggi untuk seorang berselingkuh.

Pria yang tidak setia kemungkinan juga memiliki tingkat hormon yang lebih tinggi, ukuran testis lebih besar, keinginan seksual yang lebih besar, dan fungsi seksual lebih baik.

"Hanya sedikit studi yang mengevaluasi hubungan antara perselingkuhan dan risiko kardiovaskular. Sebagaimana dilaporkan bahwa memiliki hubungan di luar nikah bisa memiliki dampak negatif pada jantung," katanya.

"Definisi dari ketidaksetiaan dan konsekuensinya berbeda-beda dari berbagai budaya, agama, dan yurisdiksi hukum. Oleh karena itu, studi tentang topik ini sangat kompleks, sensitif dan prevalensinya sering diremehkan," tutup peneliti.


Saat Stres, Perempuan Rentan Serangan Jantung


SHUTTERSTOCK
Perempuan seringkali tidak menyadari ketika mengalami nyeri dada yang intens, dan inilah yang membuat angka kematian mereka akibat serangan jantung lebih tinggi daripada lelaki.

Sebuah riset teranyar mengindikasikan, stres mental yang dialami kaum perempuan membuat mereka berisiko lebih besar mengalami serangan jantung ketimbang pada pria. Hasil kajian menunjukkan bahwa selama periode stres mental, aliran darah menuju jantung meningkat pada kaum pria. Namun, pada wanita, kondisi tersebut justru tidak terlihat.

Peneliti berkesimpulan, kaum Hawa menjadi lebih rentan terhadap masalah jantung saat sedang mengalami stres dibandingkan pria. Temuan tersebut akan dipresentasikan pada pekan ini dalam pertemuan Experimental Biology di San Diego, California.

Dalam risetnya, peneliti melibatkan 17 pria dan wanita sehat. Tekanan darah dan denyut jantung partisipan ini diukur pada saat istirahat dan selama mengalami stres mental. Para peneliti menggunakan scan ultrasound untuk mengukur aliran darah partisipan pada pembuluh darah koroner, yang merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jaringan jantung.

Kemudian, peneliti memberikan tes aritmatika kepada para peserta. Untuk meningkatkan level stres, peneliti mendesak peserta studi untuk secepat mungkin menyelesaikan tes tersebut. Peneliti juga menyalahkan setiap jawaban peserta, meskipun jawaban mereka sebenarnya sudah tepat.

Pada saat istirahat, sirkulasi aliran darah pada pria dan wanita menunjukkan beberapa perbedaan. Dan, selama mengerjakan tugas aritmatika tersebut, semua peserta menunjukkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pada kondisi stres, partisipan pria menunjukkan peningkatan aliran darah koroner, tetapi peningkatan justru tidak dialami oleh partisipan perempuan.

"Perbedaan ini berpotensi memengaruhi wanita untuk mendapatkan masalah jantung ketika sedang stres," kata Chester Ray, seorang peneliti yang juga profesor kedokteran di Penn State College of Medicine.

Ray mengatakan, hasil ini cukup mengejutkan mengingat studi sebelumnya menunjukkan bahwa pria memiliki aliran darah yang lebih rendah ketimbang wanita ketika mengalami stres fisik akibat latihan (olahraga).

Temuan baru bisa menjelaskan mengapa perempuan cenderung memiliki masalah jantung lebih setelah peristiwa stres, seperti kehilangan pasangan. Sebuah kondisi yang disebut sindrom patah hati, di mana otot jantung untuk sementara melemah, terjadi hampir secara eksklusif pada wanita.

Hasil riset ini juga menunjukkan pengaruh tekanan mental pada kesehatan fisik. "Mengurangi stres penting buat siapa saja, terlepas dari jenis kelamin," kata Ray.

"Penelitian ini memperlihatkan bagaimana stres dapat memengaruhi jantung wanita, di mana berpotensi menempatkan mereka pada risiko lebih besar terhadap masalah pembuluh koroner," terangnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 

ekoqren Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates