Umumnya seorang pemimpin dunia akan menjabat selama satu periode masa kepemimpinan. Bahkan ada beberapa pemimpin dunia yang menjabat hingga belasan bahkan puluhan tahun. Tapi ternyata tidak semua pemimpin dunia bisa menikmati jabatannya cukup lama, karena berbagai alasan beberapa pemimpin dunia bahkan hanya mejalankan jabatannya dengan sangat singkat. Berikut ini beberapa pemimpin dunia dengan masa jabatan tersingkat.
1. Fernandez Arteaga, Presiden Ekuador
Lupe Rosalia de Fernandez Serrano Arteaga de Cordova lahir di Cuenca, Ekuador, pada 5 Desember 1956. Dia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai presiden di Ekuador. Tapi sayangnya Fernandez Arteaga hanya menduduki jabatannya selama 2 hari saja.
Pada tahun 1996 Fenandez Arteaga terpilih menjadi wakil presiden menyusul terpilinya Abdalá Bucaram sebagai presiden. Pada 1997 kongres menuntut agar Abdalá Bucaram mundur dari jabatannya karena dinilai tidak becus memimpin. Arteaga kemudian terlibat perdebatan dengan pemimpin kongres Fabián Alarcón tentang siapa yang pantas menduduki jabatan presiden, hal ini terjadi karena konstitusi tidak mengatur secara jelas mengenai pergantian presiden tersebut.
Awalnya Fabián Alarcón diangkat sebagai presiden, namun karena desakan terus-menerus akhirnya Arteaga diangkat menjadi presiden pada 9 Februari 1997. Tapi berselang 2 hari kemudian, dengan dukungan dari kongres dan militer Fabián Alarcón memaksa Arteaga untuk menyerahkan jabatannya dan kembali menduduki jabatan sebagai wakil presiden.
2. Skender Gjinushi, Presiden Albania
Skënder Gjinushi (lahir 24 Desember 1949 di Vlorë, Albania) adalah politikus yang berasal dari Albania. Ia lulus dari Universitas Tirana dengan gelar di bidang matematika. Dia telah menjadi anggota parlemen Albania sejak 1992.
Pada tahun 1997 terjadi kerusuhan besar-besaran di Albania. Perampokan, penjarahan hingga pergolakan bersenjata terjadi dimana-mana sehingga menyebabkan goyahnya pemerintahan. PBB yang merasa cemas akan hal ini lalu melakukan mediasi untuk menyelasaikannya. Pasukan keamanan PBB dikerahkan untuk mengamankan keadaan dan membentuk pemerintahan nasional sementara.
Pada 24 Juli 1997 Skender Gjinushi ditunjuk sebagai presiden sementara, dan uniknya ia hanya menjabat selama beberapa jam saja, karena dari hasil pemilu yang diadakan pada hari itu juga terpililah Rexhep Meidani sebagai Presiden Albania yang baru.
3. Dr. Joseph Goebbels, Kanselir Jerman
Paul Joseph Goebbels lahir pada tanggal 29 Oktober 1897 di Rheydt distrik Ruhr. Ia memiliki empat saudara yaitu Konrad, Hans, Elisabeth, dan Maria. Goebbels adalah pendukung utama Hitler juga merupakan pendukung gerakan anti-Semit yang aktif. Goebbels bergabung secara resmi dengan Nazi pada tahun 1924. Oleh Hitler, ia diberi posisi kunci sebagai Menteri Propaganda Nazi.
Sebagai seorang propagandis, Goebbels banyak disegani oleh para ilmuwan, bahkan hingga sekarang. Itu karena ia dianggap sebagai pelopor dan pengembang teknik propaganda modern. Teknik jitu hasil kepiawaiannya diberi nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar). Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran. Sederhana namun mematikan. Ia juga mempelopori penggunaan siaran radio sebagai media propaganda massal. Dengan menggunakan radio gelombang pendek yang mampu menjangkau berbagai belahan bumi, ia menyebarluaskan doktrin Nazi. Bahkan pada tanggal 18 Februari 1943, ia mengumandangkan Perang Propaganda Total demi menaikkan moral balatentara Jerman di medan perang.
Sebelum Hitler bunuh diri, Hitler telah membuat pernyataan politik terakhirnya yaitu mengangkat Goebbels sebagai Kanselir Jerman. Maka pada tanggal 30 April 1945 Goebbels secara resmi menjabat sebagai Kanselir. Sayangnya keesokan harinya Goebbels memutuskan untuk bunuh diri dengan membawa serta seluruh keluarganya. Sebelum mati ia sempat mengungkapkan sebuah kalimat, "Kami akan tercatat dalam sejarah sebagai negarawan terbesar sepanjang masa, atau sebagai kriminal terbesar".
4. Diosdado Cabello, Presiden Venezuela
Pada 11 April 2002, para perwira militer senior menolak perintah Chávez untuk menjalankan Plan Ávila.
Plan Ávila sendiri adalah rencana kontingensi militer oleh tentara Venezuela untuk menjaga ketertiban di ibukota Venezuela, Caracas. Rencana ini pernah digunakan pada tahun 1989 oleh pemerintah Carlos Andrés Pérez, dalam menanggapi kerusuhan, dalam acara yang kemudian dikenal sebagai Caracazo, ratusan terbunuh oleh militer dan polisi bersenjata saat itu.
Para perwira itu lalu menahan Chávez, menyatakan bahwa ia telah mengundurkan diri, dan Pedro Carmona Estanga mengambil alih jabatan presiden. Setelah terjadi pemberontakan, yang dibantu oleh sejumlah kelompok militer yang setia kepada Chávez, pemerintahan yang baru tersebut pun runtuh dan Chávez dipulihkan ke dalam jabatannya pada 15 April 2002. Antara penggulingan Carmona dan kembalinya Chávez, Wakil Presiden Diosdado Cabello mengambil alih jabatan presiden sekitar satu hari lamanya.
5. Carlos Manuel Piedra, Presiden Kuba
Pada akhir 1958 pasukkan pemberontak yang dipimpin oleh Fidel Castro berhasil melancarkan serangan terhadap pemerintahan Kuba yang dipimpin oleh Presiden Fulgencio Batista. Merasa semakin terancam Batista kemudia melarikan diri bersama dengan keluarganya menuju Republik Dominika pada 1 Januari 1959.
Menyadari adanya kekosongan kekuasaan, pimpinan militer militer saat itu Jendral Cantillo menunjuk Carlos Manuel Piedra, seorang Hakim Mahkamah Agung Kuba, untuk menjabat sebagai presiden. Pada tanggal 2 Januari pasukkan pemberontak berhasil menaklukkan Havana dan kemudian menunjuk Manuel Uruttia untuk menjabat sebagai presiden.
Sumber : Wikipedia
0 komentar:
Posting Komentar