Minggu, 30 September 2012

0 Sahabat yang Baik Bagi Kehidupan Anak Baru Gede ( ABG )




Banyak fenomena memprihatinkan yang terjadi di kalangan anak remaja akhir-akhir ini. Dekadensi moral yang dulu hanya melanda orang dewasa, kini sudah merata, merambah ke dunia anak-anak. Sering diberitakan anak muda suka teler, tawuran, berbuat cabul, pornografi, kriminal, dsb. Yang sebenarnya belum pantas dilakukan oleh anak-anak.
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS At Taghaabun, 64:15).
Hal itu merupakan peringatan agar kita lebih memperhatikan perkembangan jiwa dan moral anak-anak kita.  Apa gunanya usaha kita sukses, atau karier menjulang tinggi, kalau anak kita malahan menjadi korban ambisi kita sendiri. Sudah menjadi kewajiban orang tua lah untuk memperhatikan, menjaga dan mendidik anak-anaknya, agar terhindar dari siksa api neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim, 66:6).
Ada bagian yang penting dalam kehidupan anak yang ikut menentukan arah, corak dan warna kehidupan, yaitu teman atau sahabat. Bahkan ada ahli psikologi yang berpendapat bahwa anak itu dibentuk oleh lingkungannya. Pendidikan anak memang dilakukan di rumah dan sekolah, tapi pergaulan di luar itu sangat menentukan bagaimana perilaku anak.
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al Munaafiquun, 63:9)
Hal itu terjadi  karena sebagian besar waktu si anak dihabiskan dengan bergaul bersama teman-temannya. Anak yang lebih merasa diterima, dihargai dan diakui oleh temannya, bisa saja larut dalam pergaulan lingkungannya, bagaimana pun bentuknya. Padahal anak adalah buah hati, harapan yang ingin kita banggakan.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al Kahfi,18:46)
Kita sungguh beruntung kalau si anak mendapatkan lingkungan pergaulan yang baik bagi perkembangan jiwa dan akhlaqnya. Namun sebaliknya, kalau lingkungan pergaulan anak kita rusak moralnya, boleh jadi dia akan ketularan juga. Kadang bahasanya pun tidak kita mengerti, karena kuatnya kontaminasi pergaulan. Walau pun di dalam rumah dia kelihatannya rajin, patuh dan sopan. Mereka begitu pandai menutupi sisi buruknya, bagaikan orang munafik.
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” (QS Ali ‘Imran, 3:119)
Melihat pentingnya peran pergaulan dalam membentuk etika dan karakter anak, ada baiknya kita berhati-hati dalam ‘melepaskan’ buah hati kita, agar jangan sampai terperosok ke dalam kesesatan yang akan kita sesali kemudian hari. Kita harus berhati-hati dalam memilih lingkungan yang baik bagi mereka yang baru tumbuh daya pikir dan jiwanya. Bahkan kalau mungkin kita ciptakan lingkungan yang ideal bagi perkembangan anak-anak yang merupakan amanah dari Tuhan. Jadi kewajiban kitalah untuk memelihara dan mendidiknya, baik segi fisik, mental maupun imannya, sebagaimana dicontohkan nabi Ibrahim As dan Ya’qub As.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS Al Baqarah, 2:132)

Pentingnya Sahabat Baik

Bukan saja kita dan anak-anak, bahkan para nabi yang suci pun juga memerlukan sahabat untuk melaksanakan tugas mulia yang diembannya, yaitu kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri). Para sahabat yang setia akan selalu menjaga, menolong dan berusaha untuk mencapai kebaikan yang diridhoi Tuhan.
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail), berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS Ali ‘Imran, 3:52)
Bagaimanakah karakteristik sahabat atau teman yang paling baik dalam pergaulan, itu dijelaskan dalam surat An-Nisa’.
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa’, 4:69).
Di antara empat golongan itu, yang paling mungkin untuk kita ikuti pergaulannya pada saat ini adalah orang-orang yang saleh. Yakni mereka yang beriman kepada Allah Swt., bersujud, suka membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar, dan selalu berbuat kebajikan. Mereka sabar dalam menghadapi cobaan, dan bersyukur terhadap nikmat Tuhan.
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.”  (QS Al ‘Ankabuut, 29:9).
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ali ‘Imran, 3:114)
Jadi jelas, bahwa yang layak dijadikan sahabat adalah mereka yang dianugerahi nikmat Allah Swt.  Ada pun sifat-sifat seorang muslim yang mukhlis, digambarkan dalam surat Al-Mu’minuun.
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”. (QS Al Mu’minuun, 23:57-61).
Sahabat yang baik selalu beramal saleh dan menasehati dengan sabar mencari solusi agar kita selalu di jalan yang benar.
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ´Ashr, 103:3)
Sahabat yang baik dengan  penuh rasa kasih sayang suka memaafkan, dan menolong dalam berbuat kebajikan. Bukannya yang malahan menghindar saat kita ditimpa kesusahan.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al Maa’idah, 5:2)
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS Al A’raaf, 7:199)

Larangan untuk dijadikan sahabat

Allah Swt. melarang kita bergaul dan mengambil segolongan orang untuk dijadikan sahabat, teman maupun sekutu dalam perjuangan. Yakni orang-orang   kafir, musryrik, munafik, fasik,  bodoh, dan orang-orang yang berakhlaq buruk.
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu  duduk  bersama  orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (larangan itu).” (QS Al An’aam, 6:68)
Kejahatan dam keburukan burukan adalah perbuatan setan yang mudah sekali menyebar. Setan baik dari jenis jin maupun manusia selalu berupaya menipu manusia agar tidak beriman ke pada Nabi. Oleh karena itu mereka jangan dijadikan teman.
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS Al An’aam, 6:112).
Dengan segala cara maupun tipu daya, orang kafir akan mempengaruhi kita untuk mengikuti jejaknya. Mereka pamerkan nikmatnya berbuat dosa, misalnya dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb. Sehingga akhirnya yang terpedaya akan diperbudak oleh setan. Dunia ini bagai penjara bagai orang mukmin, dan surga bagi orang kafir. Makanya setan selalu menggoda manusia dengan kesenangan dunia agar tersesat dari jalan yang benar.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran, 3:14)
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah.” (QS An Nisaa’, 4:89)
Kalau tipu daya setan berhasil memperdaya kita, maka di negeri akhirat nanti yang tersesat akan dimasukkan ke dalam neraka.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”  (QS Ali ‘Imran, 3:116)
Maka dari itu jangan sembarang orang dijadikan teman, sehingga kita benar-benar mengenal karakternya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali ‘Imran, 3:118)
Orang munafik adalah mereka yang antagonis, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya. Mereka pandai menyembunyikan perangai buruknya dengan kata-kata yang amat manis, sehingga banyak orang yang terpikat hatinya. Padahal manisnya tutur kata para pendusta itu hanya untuk menutupi niat jahatnya. Bila dia dijadikan teman, ibarat musuh dalam selimut, yang tega menggunting dalam lipatan, selalu saja menimbulkan kerugian. Sehingga Allah Swt. memerintah kita untuk tegas melawannya.
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. ” (QS At Taubah, 9:67).
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS At Taubah, 9:73).
Mereka mempunyai penyakit dalam hatinya, iri hati, dengki, tamak, dan berbagai macam akhlaq buruk lainnya. Kita harus menjauhinya dan tetap waspada agar tidak terpedaya oleh mereka.
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali ‘Imran, 3:120)
Golongan orang Kafir tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka dengar. Mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di muka bumi dan pada diri mereka sendiri, karena hatinya telah mati.
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS Al Baqarah, 2:6-7)
Kemunafikan adalah dosa yang tidak diampuni Allah, maka orang munafik adalah musuh dan tidak boleh dijadikan sahabat.
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”  (QS At Taubah, 9:79)
Munafik adalah perbuatan orang kafir dan kaum fasik, yang suka mengingkari janjinya.
“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”  (QS At Taubah, 9:80)
Adapun orang fasik selalu mengingkari janji kepada Allah, melanggar peraturan dan berbuat kerusakan.
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al Baqarah, 2:27)
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik. (QS Al A’raaf, 7:102)
Syirik adalah menyekutukan Tuhan. Mereka itu orang-orang yang suka memecah- belah agama. Syirik itu pengaruh syaitan, dan merupakan dosa besar yang tidak dapat diampuni. Kecuali yang mau bertaubat dan bertaqwa kepada Allah Swt.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”  (QS An Nisaa’, 4:48)
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS An Nisaa’, 4:116)
Dzalim adalah mendustakan agama Allah. mereka menghalangi orang beriman, dan menghendaki agar orang-orang tersesat seperti dirinya. Hatinya telah dikuasai nafsu setan, yang selalu berbuat kemunkaran.
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka.” Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dzalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat.” (QS Huud, 11:18-19)

Mendoakan Anak

Agar anak kita bisa selamat, selain berusaha, kewajiban kita adalah berdo’a, agar senantiasa Allah meridhoi usaha kita. Karena hanya dengan ijin Allah usaha kita bisa berhasil.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al A’raaf, 7:55)
Allah Swt. akan mengabulkan permohonan orang beriman yang selalu berbuat kebajikan dan kebenaran.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah, 2:186)
Agar anak-anak kita selalu diberi petunjuk ke jalan yang benar, hendaknya kita selalu mendo’akannya setiap saat, atau paling tidak setiap habis sholat.
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Furqaan, 25:74).
Dengan banyak berdoa dan mengingat Tuhan (dzikir), hati ini akan menjadi aman, tensng, tenteram dan bahagia.
“Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS At Taubah, 9:103)

Kesimpulan

Sahabat yang baik itu bukan saja diperlukan oleh anak-anak, tapi juga oleh kita. Barang siapa memperoleh petunjuk, mengetahui kebenaran dan mengerjakan amal saleh, maka dia telah mencapai puncak kebahagiaan. Dan kita harus selalu memeliharanya, agar kita selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).” (QS Al An’aam, 6:104).
Oleh: Drs. H. Subagjo, SE, MM.

0 komentar:

Posting Komentar

 

ekoqren Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates