Sabtu, 15 September 2012
0 Saat PKS bermimpi punya capres sendiri
Pertarungan di pemilihan presiden 2014 bakal semakin ramai jika niat PKS mencalonkan kadernya betul-betul dilaksanakan. Sejumlah nama sudah mulai diwacanakan di kalangan internal partai dakwah itu. Tiga kali berpengalaman ikut pemilu, saatnya PKS meretas jalannya menuju puncak kekuasaan.
Nama Luthfi Hasan Ishaaq yang kini menjadi presiden PKS serta nama Sekjen PKS Anis Matta adalah dua kandidat yang kabarnya mulai dibahas di tingkat Majelis Syuro DPP PKS. Secara popularitas, jika dibandingkan dengan nama-nama capres lain seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Jusuf Kalla dan sejumlah nama lain yang kerap disurvei, Luthfi dan Anis jauh populer. Bahkan nama mereka tidak masuk dalam daftar nama yang diperhitungkan.
Meski begitu, wacana mengusung kader sendiri sebagai capres oleh internal PKS merupakan langkah positif. Artinya, PKS yang selama ini kurang percaya diri, mulai menunjukkan keberaniannya.
"Sementara kader terbaik kami ya presiden PKS. Hanya yang menentukan Majelis Syuro, karena bukan wilayahnya orang per orang, tapi untuk sementara capres kita ya presiden PKS karena itu kader terbaik kita," ujar Ketua Bidang Pemenangan Pemilu-Pemilukada (BP3) DPP PKS, Syahfan Badri Sampurno, saat mendaftarkan PKS sebagai parpol peserta pemilu di kantor KPU, Jakarta, Senin (3/9) lalu.
Menurutnya, memang ada nama yang lainnya untuk dicalonkan sebagai presiden dari PKS. Namun, saat ini Luthfi Hasan yang akan 'dijual' ke masyarakat. Dengan dukungan Majelis Syuro, Syahfan yakin, seluruh kader PKS akan mendukung pencapresan Luthfi.
Menanggapi rencana pencalonan Luthfi sebagai capres ini, Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan menyatakan hal itu sebagai kejujuran politik dan keberanian merebut kekuasaan.
"Pencapresan Presiden PKS menarik karena merupakan manifestasi keberanian berpolitik PKS, di samping berangkat atas kejujuran sikapnya yang selama ini dikenal ambigu antara mengutamakan tokoh sendiri atau dari luar terhadap agenda kepemimpinan bangsa," katanya.
Meski ketokohan Luthfi yang belum menjual, Syahganda berharap pencalonan itu akan membangun dinamika politik baru dalam menghadirkan sosok ke pentas nasional. Tujuannya tentu saja memberikan pilihan politik yang beragam kepada masyarakat untuk mengukur tingkat kapabalitas, kepantasan, dan elektabilitas calon presiden.
"Implikasinya dapat mendorong kehadiran figur-figur muda. Luthfi bisa saja mewakili orang muda dengan usianya yang memasuki 51 tahun," imbuh Syahganda.
Namun, dia mengingatkan, jika PKS benar-benar berkomitmen menampilkan Luthfi sebagai capres alternatif, hal itu akan membutuhkan perjuangan ekstra keras. Tantangan pertama adalah memenuhi ambang batas perolehan suara nasional di parlemen (parliamentary threshold) sebesar 3,5 persen, untuk mendudukkan wakil-wakilnya di DPR RI sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang No 8/2012 tentang Pemilihan Umum.
Tantangan berikutnya adalah syarat pengajuan calon presiden juga tidak mudah untuk diatasi PKS, karena berdasarkan UU No 42/2008 tentang Pilpres 2009 yang masih belum direvisi DPR, suatu partai politik atau gabungan partai politik baru berhak mengajukan pasangan capres/cawapres apabila mencapai ambang batas perolehan suara hasil Pemilu Legislatif minimal 20 persen, sebagai patokan presidential threshold.
"Inilah hakikat perjuangan berat PKS ke depan bila ingin mencalonkan kadernya menjadi presiden," katanya.
Yang paling penting saat ini, lanjut Syahganda, PKS harus mempersiapkan diri tampil pada Pemilu Legislatif agar mendapat dukungan suara yang besar selain mengupayakan segala cara untuk bersama mitra koalisi menyepakati pencalonan kader PKS ke pertarungan Pilpres 2014.
"Jadi memerlukan konsolidasi luar biasa apalagi ditambah upaya membangun kelayakan dari calon PKS yang terbilang figur baru," katanya.
Soal figur baru itu, sudah sepatutnya menciptakan daya juang lebih besar akibat figur lama PKS yang tergolong populer seperti Hidayat Nur Wahid tidak realistis lagi dimajukan ke pertarungan Pilpres 2014 mengingat kekalahannya pada Pemilukada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar