Penelitian menemukan, orang dewasa muda lebih memilih berhubungan seksual dengan oral seks ketimbang hubungan seks yang melibatkan organ vital mereka, untuk mencegah seks yang tidak aman dan ancaman penyakit kelamin serta kehamilan yang tidak diinginkan.
Seperti dilansir dari time of india, laporan Statistik Kesehatan Nasional, The CDC melacak tren seks di kalangan remaja dan dewasa muda dalam upaya untuk membantu instansi pemerintah untuk lebih memahami perilaku seks saat ini dan penanggulangannya.
Hasilnya, sekelompok remaja dan orang dewasa muda lebih memilih hubungan seksual dengan cara oral ketimbang hubungan vagina untuk menjaga keperawanan atau menghindari kehamilan atau risiko tertular penyakit menular seksual (PMS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua-pertiga dari laki-laki dan perempuan antara usia 15-24, melakukan hubungan seksual dengan cara oral seks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua-pertiga dari laki-laki dan perempuan antara usia 15-24, melakukan hubungan seksual dengan cara oral seks.
Di antara perempuan muda yang disurvei, 26% mengaku melakukan oral seks sebelum melakukan hubungan vagina, 27% melakukan hubungan oral seks setelah pertama kali mereka berhubungan seks vaginal, 7,4% melakukan oral seks pada kesempatan yang sama seperti waktu pertama mereka melakukan hubungan, dan 5,1%memiliki hubungan oral seks , tetapi tidak ada selama periode survei.
Untuk laki-laki berusia 15-24 tahun, sebanyak 24% memiliki oral seks terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan, memiliki 24 oral seks setelah hubungan seksual pertama, 12% memiliki oral seks pada kesempatan yang sama seperti hubungan seksual pertama, dan 6,5% melakukan hubungan oral seks tetapi tidak ada hubungan seks vagina pada saat mereka disurvei.
"Menjadi persepsi selama bertahun-tahun bahwa ada semacam epidemi seks oral di kalangan remaja," dilaporkan CBS News seperti mengutip Leslie Kantor, Wakil Presiden untuk pendidikan Planned Parenthood Federation of America yang diwawancari The New York Times.
"Jika tidak ada yang lain, data ini memberikan rasa realistis dari angka," kata Kantor.
Risiko penularan HIV melalui oral seks tergolong rendah. Namun demikian bukan lantas terbebas dari penyakit lainnya, CDC mengatakan beberapa penelitian telah menemukan bahwa oral seks dapat menyebabkan penyakit menular seksual termasuk Chlamydia, herpes genital, gonore dan sifilis.
"Saya akan mengatakan bahwa risiko penularan PMS melalui oral seks kurang dihargai dan diremehkan," kata Dr Christopher Hurt, seorang asisten profesor klinis pada divisi penyakit menular di University of North Carolina yang tidak terlibat dalam penelitian.
Untuk laki-laki berusia 15-24 tahun, sebanyak 24% memiliki oral seks terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan, memiliki 24 oral seks setelah hubungan seksual pertama, 12% memiliki oral seks pada kesempatan yang sama seperti hubungan seksual pertama, dan 6,5% melakukan hubungan oral seks tetapi tidak ada hubungan seks vagina pada saat mereka disurvei.
"Menjadi persepsi selama bertahun-tahun bahwa ada semacam epidemi seks oral di kalangan remaja," dilaporkan CBS News seperti mengutip Leslie Kantor, Wakil Presiden untuk pendidikan Planned Parenthood Federation of America yang diwawancari The New York Times.
"Jika tidak ada yang lain, data ini memberikan rasa realistis dari angka," kata Kantor.
Risiko penularan HIV melalui oral seks tergolong rendah. Namun demikian bukan lantas terbebas dari penyakit lainnya, CDC mengatakan beberapa penelitian telah menemukan bahwa oral seks dapat menyebabkan penyakit menular seksual termasuk Chlamydia, herpes genital, gonore dan sifilis.
"Saya akan mengatakan bahwa risiko penularan PMS melalui oral seks kurang dihargai dan diremehkan," kata Dr Christopher Hurt, seorang asisten profesor klinis pada divisi penyakit menular di University of North Carolina yang tidak terlibat dalam penelitian.
Sebagai bagian dari program pendidikan seks, anak-anak perlu disadarkanakan fakta bahwaoral seks bukanlah kegiatan sepenuhnya bebas risiko," katanya. [mor]
Rekomendasi Untuk Anda
0 komentar:
Posting Komentar