Minggu, 16 September 2012

0 Inilah 5 Penyebab Seseorang Jadi Putus Asa

Inilah 5 Penyebab Seseorang Jadi Putus Asa (2)
Putus asa adalah perkara yang sangat dicela dalam agama. Putus asa menjadikan seseorang mati sebelum dicabut nyawanya, menjadikannya gagal sebelum ia mencoba menjalankan usahanya.

Di antara sebab-sebab yang dapat menimbulkan keputusasaan adalah:

1.  Mengingat-ingat musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia tidak akan mampu bersabar.

Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu mencucurkan air mata karena mengingatnya.”

2. Penyesalan dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah keputusasaannya.

Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al Hadid: 23).

Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh Allah. Keputusasaan itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu berputus asa, karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.

3. Banyak mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (Al Ma’arij: Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.

Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak dianggap  sabar orang yang mendalam kesedihannya.”

Ka'ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”

Diceritakan bahwa seorang Arab Badui memasuki satu rumah karena dia mendengar beberapa kali jeritan di dalam rumah tersebut, kemudian dia bertanya, “Suara apa itu? dikatakan kepadanya, “Seorang keluarga mereka meninggal.

Kemudian dia berkata, “Aku tidak melihat mereka kecuali seharusnya mereka meminta pertolongan kepada Tuhannya, menerima qadha (ketentuan)-Nya, dan mencintai pahala-Nya.

Dalam kitab “Mantsuml Hikam” dikatakan, “Orang yang sempit hatinya, maka akan lebar lidahnya (banyak mengumbar).”

Ahli ilmu juga mengatakan, “Janganlah kamu banyak mengeluh kepada temanmu, kembalikanlah olehmu kepada Pencipta dan bukan kepada makhluk. Karena orang yang tenggelam tidak akan mampu menyelamatkan orang yang tenggelam lainnya

4. Berputus asa dalam mencari jalan keluar dari musibah yang menimpanya. Selamanya dia berada dalam kegelisahan dan keputusasaan karena menangisi peristiwa yang telah terjadi, sehingga dia tidak memiliki kesabaran, dan tidak memiliki dada yang lapang.

Bahkan terkadang dia berkata, “Musibah yang dihadapi dengan kesabaran itu dianggap lebih besar dari dua musibah.”

Ibnu Rumi juga mengatakan, Wahai jiwa bersabarlah, karena hanya kesabaran itulah yang pantas dilakukan. Terkadang yang diharapkan itu tidak berhasil diraih, dan yang datang (diperoleh) sesuatu yang tidak diharapkan.”

5. Kurang waspada dalam menjaga keselamatan dan memelihara kenikmatan yang diperolehnya, sehingga dia melupakan keamanan dan ketenangan, dan menghambur-hamburkan kekayaan dan kejayaannya dalam hal-hal yang tidak bermanfa’at.

Dia menganggap bahwa bencana itu tidak akan datang setelah dia mapan dan berkecukupan. Orang yang demikian termasuk orang yang tidak mampu bersabar dalam menghadapi bencana, dan tidak akan bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan.

Seandainya dengan pandangan tersebut dia membandingkan dengan bencana yang menimpa temannya dan menyamakan peristiwa yang dialaminya, maka dia akan meremehkan kesabaran sehingga ketenangan semakin menjauh darinya.

Sumber : Kenikmatan Kehidupan dunia dan Agama, Oleh : Al Imam Al Mawardi

0 komentar:

Posting Komentar

 

ekoqren Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates