Minggu, 09 Desember 2012

0 Guru agama dan pengertian masuk syurga



*Jangan bangga dengan tiap amal kebaikan kita, hati-hatilah. Takutnya menyebabkan rasa sombong dan takabur. Khilaf kita lebih banyak daripada amal kita*



Terkisah disuatu sekolah, seorang guru agama tengah menjelaskan tentang surga. Tak lama setelah pelajaran dimulai, pak guru bertanya pada murid-murid.
“Anak-anak, di kelas ini siapa yang ingin masuk surga?”, tanya pak guru.
Serentak semua murid menjawab seraya mengeraskan suara mereka,”Saya pak guru! Saya pak! Saya juga pak!”
“Wah, semua mau masuk surga rupanya, baiklah kalau begitu. Kalian mau masuk surga, tapi apakah ada murid di kelas ini yang tahu apa yang membuat kita masuk surga. Yang tahu, silakan angkat tangan, bapak yang tunjuk nanti.” lanjut pak Guru.
Banyak juga murid yang mengacungkan jari, dan pak Guru pun menunjuknya satu per satu.
“Bejo, apa jawaban kamu, nak?”, tanya pak Guru sambil mengambil spidol untuk menulis jawaban Bejo di papan tulis.
“Shalat, puasa, zakat, dan berdoa, pak Guru,” jawab Bejo dengan super PD.
Sambil menulis jawaban Bejo di papan tulis, pak Guru menunjuk Budi yang telah mengacungkan jarinya dari tadi.
Budi pun tak kalah PDnya menjawab,”Satu harus sering sholat tahajud, dua berbakti pada orang tua, tiga tidak mencontek saat ulangan, empat tidak menggosip, lima…”
“Sudah cukup, sudah cukup Budi. Jawabnmu panjang seperti kereta api saja,” Perintah pak Guru memotong jawaban Budi yang diikuti tawa teman-temannya.
“Anak-anak, sekarang kalian berdiri semuanya,” perintah pak Guru pada murid-muridnya.
Semua murid pun berdiri tanpa kecuali.
“Dengar baik-baik. Bapak akan memberikan pertanyaan pada kalian. Bagi siapa saja yang nanti tetap berdiri, dia lolos dan jadi pemenang. Sedangkan yang nanti duduk, dialah yang kalah, dan semua harus jujur,” jelas pak Guru.
“Baik, pak Guru”,jawab murid-murid kompak.
Pak Guru pun mulai bertanya,”Yang pertama, siapa yang merasa hari ini shalat subuhnya kesiangan? Silahkan duduk.”
Dengan wajah malu-malu, tujuh orang murid duduk. Siswa yang berdiri menertawakan mereka.
“Zzztt, yang kedua dengar baik-baik. Siapa yang hari ini sudah menggosip atau ngomongin kejelekan orang, silahkan duduk!” Sembilan siswa pun duduk dengan senyum-senyum. Para siswa yang masih berdiri pun sontak berteriak, “Huuuuuuuh..!”
“Nah, yang ketiga. Siapa yang mencontek saat ulangan kemarin, silahkan duduk!!” Dan semua siswa terduduk secara refleks. Tak ada satupun murid yang tersisa. Semua senyum-senyum malu.
“Anak-anakku, sebenarnya apa yang tadi telah disampaikan oleh teman kalian seperti shalat, tidak menggosip dan lain-lain adalah kebaikan. Tapi, apakah kita masih bisa masuk surga kalau kebaikan kita sedikit?,” tanya pak Guru sambil tersenyum.
“Bisa, pak. Kalau kebaikan kita ditambah kan bisa jadi banyak,” jawab Bejo sambil mengangkat tangannya.
“Baiklah. Sekarang bapak tanya, surga itu punya siapa?,” tanya pak guru lagi.
“Punya Allah, pak,” jawab semua murid dengan serentak.
“Nah anak-anakku, kalaupun kebaikan kita banyak tetapi pemilik surga tidak mengizinkan kita masuk surga, apakah kita bisa masuk surga?” tanya pak Guru.
Semua murid diam, bingung dan seperti sedang mencerna pertanyaan dari guru mereka.
“Begini anak-anak. Amal kebaikan ternyata tidak selalu membuat kita masuk surga. Kalau kita berpikir bahwa dengan banyaknya amal kita akan menjamin kita masuk surga, betapa sombongnya kita. Padahal Allah yang memiliki surga itu. Nah, oleh karena itu, masuk tidaknya manusia ke surga karena kehendak Allah berupa Rahmat-Nya. Amal kebaikan kita hanya perantara agar Allah menurunkan Rahmat-Nya pada kita,” jelas pak guru pada murid-murid.
Akhirnya semua murid dalam kelas itu pun puas dengan penjelasan guru mereka yang memang masuk akal. Dan mereka pun jadi berpikir, bahwa selama ini mereka terlalu sombong dan terlalu bangga dengan semua amal kebaikan yang telah dilakukan, seakan-akan surga adalah miliknya.
^_^

0 komentar:

Posting Komentar

 

ekoqren Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates